Sabtu, Desember 22, 2012

Al-Quran Tafsir Ibnu Abbas Surat Al Kautsar 108:1-3 (of 3)

Al-Quran Tafsir Ibnu Abbas Surat Al Kautsar 108:1-3 (of 3)

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ۞

(108:1) "Innaa a'thoinaakal kautsar" (sesungguhnya Kami telah Mengaruniai kamu nikmat yg banyak), yakni hai Muhammad, Kami telah Mengaruniaimu kebaikan yg banyak, salah satunya adalah al-Quran. Menurut satu pendapat, al-Kautsar adalah nama sebuah sungai di surga, yg Dianugerahkan Allah Ta'ala kpd Nabi Muhammad saw..

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ۞

(108:2) "Fa sholli li robbika" (maka dari itu, shalatlah karena Robb-mu) sbg ungkapan syukur atas semua itu. "Wanhar" (dan berkurbanlah), yakni hadapkanlah kurbanmu ke arah kiblat. Menurut satu pendapat, letakanlah tangan kananmu di atas tangan kiri ketika shalat. Menurut pendapat yg lain, sempurnakanlah rukuk dan sujud hingga dadamu kelihatan. Dan ada pula yg berpendapat, "fa sholli li robbika" (maka dari itu, shalatlah karena Robb-mu), yakni shalat pada hari Nahar; "wanhar" (dan berkurbanlah) seekor kambing.

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ۞

(108:3) "Inna syaani-aka" (sesungguhnya orang yg membenci kamu), yakni orang yg tidak senang kpd mu. "Huwal abtar" (itulah yg terputus), yakni terputus dari keluarga, anak, harta, dan segala kebaikannya. Sesudah matinya pun tak ada orang yg akan mengingat kebaikannya. Orang tsb adalah al-'Ash bin Wa-il as-Sahmi. Sebaliknya, kebaikanmu akan senantiasa disebut setiap kali Aku disebut. Hal ini berkaitan dgn ucapan mereka yg mengatakan bahwa Muhammad saw. telah terputus sejak putranya, 'Abdullah, meninggal dunia.

[Tafsir: Ibn Abbas, AlKalam Soft Penerbit Diponegoro Bandung. Text Arabic: Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Al-Quran Tafsir Ibnu Abbas Surat Al Aadiyat 100:1-11 (of 11)

Al-Quran Tafsir Ibnu Abbas Surat Al Aadiyat 100:1-11 (of 11)

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ  

وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا ۞
(100:1) "Wal 'aadiyaati dlobhaa" (demi kuda perang yg berlari kencang dgn terengah-engah). Hal ini terjadi ketika Nabi Muhammad saw. mengirim sebuah pasukan untuk menggempur Bani Kinanah. Akan tetapi, informasi tentang keadaan pasukan itu terlambat sampai kpd beliau, sehingga membuatnya merasa gundah. Maka Allah Ta'ala Mengabari Nabi-Nya perihal pasukan itu dalam bentuk sumpah. Allah Ta'ala bersumpah dgn kuda2 para prajurit yg terengah-engah krn menghadapi musuh.

فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا ۞
(100:2) "Fal muuriyaati qod-haa" (dan kuda2 yg mencetuskan api dgn hentakannya), yakni kuda2 yg mencetuskan api dgn tapak kakinya, spt orang yg berusaha menyalakan api, tetapi tidak bisa merasakan manfaat api itu. Ini tak ada bedanya dgn api Abu Hubabah yg juga tidak memberikan manfaat. Abu Hubabah adalah orang Arab paling bakhil yg pernah ada dan ia termasuk salah seorang yg turut dalam pasukan itu. Ia tidak pernah menyalakan api untuk menanak roti atau sejenisnya sebelum orang2 tertidur. Kalau mereka sudah tidur, barulah ia menyalakan api. Namun, apabila ada yg bangun, ia pun sesegera mungkin memadamkan api itu, sehingga tak seorang pun dapat merasakan manfaat api itu.

فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا ۞
(100:3) "Fal mughiirooti shubhaa" (lalu kuda2 yg menyerang dgn tiba2 pd waktu subuh), yakni lalu kuda2 itu menyerang di saat subuh.

فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا ۞
(100:4) "Fa atsarna bihii" (maka mereka pun menerbangkan dengannya), yakni maka kuda2 itu pun membumbungkan dgn tapak-tapak kakinya. Menurut yg lain, dgn larinya. "Naq'aa" (debu).
 
فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا ۞ 
(100:5) "Fa wasathna bihii jam'aa" (seraya menyerbu ke tengah2 kumpulan dengannya), yakni ke tengah2 kumpulan musuh dgn larinya.

Ayat2 ini memiliki penafsiran lain, yaitu: "Wal 'aadiyaati" (demi kuda perang yg berlari kencang), yakni Allah Ta'ala Bersumpah dgn kuda dan unta orang2 yg berhaji manakala mrk kembali dari 'Arafah menuju Muzdalifah. "Dlobhaa" (dgn terengah-engah), yakni dgn nafas yg terengah-engah. "Fal muuriyaati qod-haa" (dan kuda2 yg mencetuskan api dgn hentakannya), yakni kuda2 itu mencetuskan api di Muzdalifah. Itulah yg dimaksud dgn "al-muuriyaat". Menurut pendapat yg lain, yg dimaksud dgn "fal. muuriyaati qodhaa" adalah yg menyelamatkn amal, yaitu ibadah haji. "Fal mughiirooti shub-haa" (lalu kuda2 yg menyerang dgn tiba2 pd waktu subuh), yakni manakala mrk kembali dari Muzdalifah menuju Mina pada pagi hari. Itulah maksud 'al-mughiiroot'. "Fa atsarna bihii" (maka ia menerbangkan padanya), yakni maka kuda2 itu menerbangkan di tempat tsb. "Naq'aa" (debu). "Fa wasathna bihii jam'aa" (seraya menyerbu ke tengah2 kumpulan dengannya), yakni dgn larinya. Allah Ta'ala Bersumpah dgn semua itu.

إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ۞
(100:6) "Innal insaana" (sesungguhnya manusia), yakni yg kafir: Qirth bin 'Abdillah bin 'Amr. Ada yg berpendapat, Abu Hubabah. "Li Robbihii la kanuud" (benar2 sgt ingkar kpd Robb-nya), yakni benar2 sgt kafir kpd Nikmat Robb-nya, (penafsiran ini) berdasarkan dialek Kandah. Menurut satu pendapat, sgt durhaka kpd Robb-nya, (penafsiran ini) berdasarkan dialek Khadlra Maut. Menurut pendapat yg lain, sangat bakhil, (penafsiran ini) berdasarkan dialek Bani Malik bin Kinanah. Dan ada pula yg berpendapat, "al-kanuud" adalah org yg tidak memberi kpd pembantunya, membuat budaknya lapar, makan sendirian, dan tidak mau membantu org yg ditimpa musibah di antara kaumnya sendiri.

وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ ۞ 
(100:7) "Wa innahuu 'alaa dzaalika la syahiid" (dan sesungguhnya Dia Maha Menyaksikan hal itu), yakni sesungguhnya Allah Ta'ala benar2 Mencatat perbuatannya itu.

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ۞
(100:8) "Wa innahuu" (dan sesungguhnya ia), yakni Qirth. "Li hubbil khairi la syadiid" (sangat bakhil saking cintanya kepada harta), yakni ia sangat mencintai hartanya yg banyak dgn kecintaan yg luar biasa.

أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ ۞ 
(100:9) "A fa laa ya'lamu" (maka tidakkah ia mengetahui), yakni tidakkah Qirth mengetahui. Menurut yg lain, tidakkah Abu Hubabah mengetahui. "Idzaa bu'tsira maa fil qubuur" (apa yg ada di dalam kubur apabila dibangkitkan), yakni apabila orang2 mati yg ada di dalam kubur dikeluarkan.

وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ ۞
(100:10) "Wa hush-shila maa fish shuduur" (dan dilahirkanlah apa yg ada di dalam dada), yakni dan diperlihatkan (semua) kebaikan, keburukan, kebakhilan, dan kedermawanan yg ada di dalam setiap hati.

إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ ۞
(100:11) "Inna robbahum bihim" (sesungguhnya Robb mereka terhadap mereka) dan perbuatan mrk. "Yauma-idzin" (pada hari itu), yakni pada hari kiamat. "La khabiir" (benar-benar Maha Tahu).

[Tafsir: Ibn Abbas, AlKalam Soft Penerbit Diponegoro Bandung. Text Arabic: Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Kamis, Desember 20, 2012

Al Quran Tafsir Ibnu Abbas Al Dluhaa 93:1-11 (of 11)

Al Quran Tafsir Ibnu Abbas Al Dluhaa 93:1-11 (of 11)

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

وَالضُّحَىٰ ۞ 
(93:1) "Wadl dluhaa" (demi waktu dluha), yakni Allah Ta'ala Bersumpah dgn seluruh waktu siang.
وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ ۞
(93:2) "Wal laili idzaa sajaa" (dan demi malam apabila telah sunyi), yakni apabila telah gelap dan kelam.

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ ۞
(93:3) "Maa wadda'aka robbuka" (tiadalah Rabb-mu Meninggalkan kamu), yakni tiadalah Rabb-mu Menelantarkan kamu sejak Aku Menyampaikan wahyu kepadamu. "Wa maa qolaa" (dan tidak pula benci), yakni tidak pula Aku Membencimu sejak Aku Mencintaimu. Dan inilah yg menjadi tujuan sumpah di atas. Hal ini terjadi setelah Allah Ta'ala Menahan wahyu dari beliau selama lima belas malam, sebab beliau telah mengabaikan pujian kepada-Nya. Sehingga Orang2 musyrik berkata, Rabb dia telah Meninggalkannya dan telah Membencinya.

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ ۞
(93:4) "Wa lal aakhiratu khairul laka minal uulaa" (dan sesungguhnya akhirat lebih baik bagimu daripada dunia), yakni pahala akhirat lebih baik bagimu daripada pahala dunia.

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ ۞
(93:5) "Wa la saufa yu'thiika robbuka" (dan kelak Rabb-mu pasti Memberi kamu), yakni pasti Memberi kamu syafaat di akhirat. "Fa tardloo" (lalu kamu pun menjadi puas), yakni sehingga kamu pun menjadi puas. Selanjutnya Allah Ta'ala Mengungkapkan perihal anugerah yg Dia Berikan kpd beliau, Dia Berfirman:

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ ۞
(93:6) "A lam yajidka" (bukankah Dia Mendapati kamu), hai Muhammad! "Yatiiman" (sebagai seorang yatim), yakni tanpa ayah dan ibu. "Fa aawaa" (kemudian Dia Memberi perlindungan), yakni kemudian Dia Memberimu perlindungan dgn pamanmu, Abu Thalib, dan Dia telah Mencukupkan keperluanmu. Nabi saw. menjawab, Benar, wahai Jibril! Lalu Jibril a.s. berkata:

وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ ۞
(93:7) "Wa wajadaka" (dan Dia Mendapati kamu), hai Muhammad! "Dloollan" (sebagai seorang yg bingung) di antara orang2 yg sesat. "Fa hadaa" (kemudian Dia Memberi petunjuk), yakni kemudian Dia Memberimu petunjuk dgn kenabian? Nabi saw. menjawab, Benar, wahai Jibril! Lalu Jibril a.s. melanjutkan perkataannya:

وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ ۞
(93:8) "Wa wajadaka" (dan Dia Mendapati kamu), hai Muhammad! "'aa-ilan" (sebagai seorang yg kekurangan), yakni sbg seorang fakir. "Fa aghnaa" (kemudian Dia Memberi kecukupan), yakni kemudian Dia Memberimu kecukupan dgn harta Khadijah. Ada yg berpendapat, kemudian Dia Membuatmu rela dgn apa yg telah Dia Berikan kepadamu? Nabi saw. menjawab, Benar, wahai Jibril!


فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ ۞
(93:9) "Fa ammal yatiima fa laa taqhar" (adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang), yakni maka janganlah kamu berlaku zalim dan menghinakannya.

وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ ۞
(93:10) "Wa ammas saa-ila fa laa tanhar" (dan adapun terhadap orang yang meminta2, maka janganlah kamu menghardiknya), yakni maka janganlah kamu menolaknya sehingga membuat dia kecewa, dan jangan pula membentaknya.

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ۞
(93:11) "Wa ammaa bi ni'mati robbika" (dan adapun terhadap Nikmat Rabb-mu), yakni terhadap kenabian dan Islam. "Fa haddits" (maka hendaklah kamu beritahukan), yakni maka hendaklah kamu menceritakan dan mengabarkannya kpd orang lain, serta berilah mrk nasihat dengannya (kenabian dan Islam).

[Tafsir: Ibn Abbas, AlKalam Soft Penerbit Diponegoro Bandung. Text Arabic: Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Al-Quran Tafsir Ibnu Abbas Surat Al-'Ashr 103:1-3

Al-Quran Tafsir Ibnu Abbas Surat Al-'Ashr 103:1-3

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

وَالْعَصْرِ ۞ 

(103:1) "Wal 'ashr" (demi masa), yakni Allah Ta'ala Bersumpah dgn cengkraman masa, yaitu kesulitan2. Menurut yg lain, Allah Ta'ala Bersumpah dgn shalat Asar.

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ۞
(103:2) "Innal insaana" (sesungguhnya manusia) yg kafir. "La fii khusr" (benar2 berada dalam kerugian), yakni benar2 berada dalam ketertipuan dan hukuman dgn hilangnya keluarga dan tempat tinggal mereka di dalam surga. Ada yg berpendapat, benar2 dalam kekurangan amal sesudah mereka pikun dan mati.

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ۞ 
(103:3) "Illal ladziina aamanuu" (kecuali orang2 yg beriman) kpd Nabi Muhammad saw. dan al-Quran. "Wa 'amilush shoolihaati" (dan mengerjakan amal saleh), yakni mengerjakan ketaatan2 antara diri mrk dgn Rabb-nya. "Wa tawaashou bil haqqi" (dan saling menasihati supaya menaati kebenaran), yakni saling menganjurkan agar bertauhid. Ada yg mengemukakan, saling menganjurkan kpd al-Quran. "Wa tawaashou bish shobr" (dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran), yakni saling menganjurkan utk menunaikan Ketentuan2 Allah Ta'ala serta menjauhi kemaksiatan2 kpd-Nya, dan jg bersabar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan musibah. Orang2 yg dikecualikan ini tidak akan mengalami kerugian.

[Tafsir: Ibn Abbas, AlKalam Soft Penerbit Diponegoro Bandung. Text Arabic: Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Rabu, Desember 19, 2012

Al-Quran Tafsir Ibnu Abbas Al-Insyirah 94:1-8 (of 8)

Al-Qur'an Tafsir Singkat Ibnu Abbas
Surat Al-Insyirah (Alam Nasyroh) 94:1-8 (of 8)

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
​​​​​سْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ۞ 
(94:1) "A lam nasyroh laka shodrok" (bukankah Kami telah Melapangkan untukmu dadamu). Ayat ini masih berhubungan dgn Firman-Nya, dan Dia Mendapati kamu sbg seorang yg kekurangan, kemudian Dia Memberi kecukupan (Q.S. 93 adl-Dluhaa: 8). Kemudian Allah Ta'ala Berfirman, "a lam nasyrah laka" (bukankah Kami telah Melapangkan untukmu), hai Muhammad; "shodrok" (dadamu), yakni hatimu untuk Islam? Bukankah Kami telah Melembutkan hatimu pada hari perjanjian, dgn makrifah, pemahaman, pertolongan, keyakinan, dan lain sebagainya? Menurut satu pendapat, bukankah Kami telah Melapangkan hatimu dgn kenabian? Dan Nabi saw. mengiyakannya. Lalu Allah Ta'ala Berfirman lagi:

وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ ۞
(94:2) "Wa wadlo'naa 'angka wizrok" (dan Kami telah Menghilangkan beban darimu), yakni Kami telah Menurunkan dosa darimu.

الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ ۞
(94:3) "Alladzii 'angqodlo zhohrok (yg membebani punggungmu), yakni dosa yg membebani punggungmu. Menurut satu pendapat, yg telah membebani punggungmu dgn kenabian. Dan beliau pun mengiyakannya. Lalu Allah Ta'ala Berfirman lagi:

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ۞
(94:4) "Wa rofa'naa laka dzikrok" (dan Kami telah Meninggikan bagimu sebutanmu), yakni telah meninggikan suaramu dgn azan, doa, dan syahadat. Kamu akan disebut-sebut sebagaimana Aku Disebut. Nabi saw. pun mengiyakannya. Selanjutnya Allah Ta'ala Berfirman untuk menghibur Nabi-Nya sehubungan dgn kefakiran dan kesulitan yg beliau hadapi.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ۞
(94:5) "Fa inna ma'al 'usri yusroo" (karena sesungguhnya di samping kesulitan itu ada kemudahan), yakni di samping kesempitan itu ada kelapangan.

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ۞
(94:6) "Inna ma'al 'usri yusroo" (sesungguhnya di samping kesulitan itu ada kemudahan), yakni di samping kesempitan itu ada kelapangan. [PERHATIKANLAH] Allah Ta'ala Menyebut satu kesulitan di antara dua kemudahan.

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ ۞
(94:7) "Fa idzaa faroghta" (kemudian apabila kamu telah selesai) dari pertempuran, jihad, dan peperangan. "Fanshob" (maka bersungguh-sungguhlah) dalam beribadah. Menurut satu pendapat, kemudian apabila kamu telah selesai dari shalat wajib, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa.

وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ ۞
(94:8) "Wa ilaa robbika farghob" (dan hanya kepada Rabb-mu, hendaklah kamu berharap), yakni dan untuk segala keperluanmu, maka panjatkanlah kpd Rabb-mu.

[Tafsir: Ibn Abbas, AlKalam Soft Penerbit Diponegoro Bandung. Text Arabic: Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Jumat, Desember 14, 2012

Atheisme Ditolak di Seluruh Dunia

Atheisme Ditolak di Seluruh Dunia

Jika anda seorang atheis apalagi bermaksud menyebarkan paham atheisme, hendaknya anda memikirkan kembali keputusan anda tersebut karena selain membahayakan diri anda kelak di akhirat, anda pun akan ditolak oleh masyarakat di manapun anda berada.

Berdasarkan laporan Serikat Humanis dan Etis Internasional (IHEU) menunjukkan bahwa "bukan pemeluk kepercayaan" di negara-negara Islam menghadapi penolakan keras dari negara dan pemeluk agama resmi.

Tidak hanya di Negara-negara Islam, di beberapa Negara Eropa dan Amerika serikat  pun mengeluarkan kebijakan memposisikan para humanis dan atheis sebagai orang luar dan  lebih berpihak pada umat beragama dan organisasi mereka.

Laporan berjudul "Kebebasan Berpikir 2012" tersebut menyatakan "ada undang-undang yang menyangkal hak para atheis untuk eksis, mengekang kebebasan keyakinan dan ekspresi mereka, mencabut hak kewarganegaraan mereka, dan membatasi hak mereka untuk menikah."

Menurut survei yang dilakukan IHEU, di sekitar 60 negara, tujuh negara yang menghukum mati pemeluk atheis adalah Afghanistan, Iran, Maladewa, Mauritania, Pakistan, Arab Saudi dan Sudan.

Di beberapa negara lain, seperti Bangladesh, Mesir, Indonesia, Kuwait dan Yordania, penerbitan pandangan atheis atau humanis mengenai agama dilarang atau sangat dibatasi di bawah undang-undang yang melarang "penghinaan terhadap agama."

Di Malaysia dan beberapa Negara sepertinya, warga harus mendaftarkan agama mereka dari sedikit agama yang diakui secara resmi oleh negara, yang biasanya hanya menyertakan Kristiani, Judaisme dan Islam. Karenanya Atheis dan humanis terpaksa berbohong untuk mendapatkan dokumen resmi karena tanpanya akan sulit masuk universitas, mendapat perawatan medis, bepergian ke luar negeri atau mengendarai kendaraan bermotor.

Eropa, Sub-Sahara Afrika dan Amerika Utara serta Amerika Latin, negara-negara yang mengidentifikasi diri sebagai sekuler, memberi keistimewaan atau keberpihakan pada gereja-gereja Kristen dalam menyediakan pendidikan dan layanan publik lain, ujar IHEU.

Di Yunani dan Rusia, Gereja Ortodoks sangat dilindungi dari kritikan dan diberi tempat yang terhormat dalam acara-acara negara, sementara di Inggris, uskup Gereja Inggris mendapat kursi otomatis di parlemen tingkat tinggi.

Sementara di Amerika Serikat yang sangat melindungi kebebasan beragama dan berbicara, laporan tersebut menyatakan bahwa iklim sosial dan politik yang berlaku "membuat atheis dan orang yang tidak memeluk agama merasa bukan warga Amerika seutuhnya, atau non-Amerika."

Masih menurut laporan tersebut setidaknya di tujuh negara bagian, terdapat undang-undang yang melarang atheis bekerja untuk kantor pemerintahan. Dan satu negara bagian, yaitu Arkansas, memiliki peraturan yang melarang atheis bersaksi di pengadilan.

IHEU,merupakan lembaga serikat Humanis Internasional yang terhubung dengan 120 organisasi humanis, atheis dan sekuler di lebih dari 40 negara. Menurut IHEU, laporan setebal 70 halaman itu diluncurkan untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia PBB pada 10 Desember. []


Dari: http://hizbut-tahrir.or.id/2012/12/13/atheisme-ditolak-di-seluruh-dunia/?utm_source=feedburner&utm_medium=email&utm_campaign=Feed%3A+hizbindonesia+%28Hizbut+Tahrir+Indonesia%29
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Kamis, Desember 06, 2012

"DOA UNTUK ANAK". (From: DR. Quraisy Shihab)

"DOA UNTUK ANAK". (From: DR. Quraisy Shihab)

(1) "Alloohummaj'al aulaadana kulluhum shoolihan wa tho'atan". (ya Allah jadikanlah anak2 ku orang yg sholeh dan ta'at beribadah)

(2) "wa ummuruhum thowiilan". (Dan panjangkanlah umurnya)

(3) "war zuqhum waasi'an". (dan lapangkan rezkinya)

(4) "Wa 'uquuluhum zakiyyan". (dan cerdaskan akalnya).

(5) "wa quluubuhum nuuron". (dan terangilah kalbunya).

(6) "wa 'uluumuhum katsiiron naafi'an". (dan berikanlah 'ilmu yg banyak dan bermanfa'at).

(7) "wa jasaaduhum shihhatan wa 'aafiyatan" (dan sehatkanlah jasmaninya).
(8) "Birohmatika yaa arhamar roohimiin" (dengan rahmat Mu yg pengasih lagi penyayang). Aamiin Yaa Robbal'alamin.
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Minggu, Desember 02, 2012

12 Barisan di Padang Mahsyar

12 Barisan di Padang Mahsyar
(Tafsir Al-Qur'an Surat An-Naba': 18)

Pengelompokan umat manusia, pada hari kebangkitan ini seluruh manusia akan dibangkitkan dalam 3 kelompok, yaitu: Kelompok yang berkendaraan, Kelompok yang berjalan kaki, Kelompok yang berjalan dengan wajahnya.

Ada salah seorang sahabat yang menanyakan, bagaimana bisa sekelompok tersebut berjalan dengan wajahnya, kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menjawab, "Allah yang menjadikan mereka berjalan dengan kaki,
pasti mampu membuat mereka berjalan
dengan wajah."

12 kelompok umat Islam

Suatu ketika, Muadz bin Jabal menghadap
Rasulullah dan bertanya: "Wahai Rasulullah,
tolong uraikan kepadaku mengenai firman
Allah: "Pada saat sangkakala ditiup, maka
kamu sekalian datang berbaris-baris." (QS.
An-Naba': 18)

Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu menjawab: "Wahai Muadz, engkau telah bertanya kepadaku, perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris."

Maka dinyatakan apakah 12 barisan tersebut...

:::::... Barisan Pertama

Digiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha
Pengasih: "Mereka itu adalah orang-orang
yang sewaktu hidupnya menyakiti hati
tetangganya, maka demikianlah balasannya
dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Kedua

Digiring dari kubur berbentuk babi hutan.
Datanglah suara dari sisi Yang Maha
Pengasih: "Mereka itu adalah orang yang
sewaktu hidupnya meringan-ringankan sholat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Ketiga

Mereka berbentuk keledai, sedangkan perut
mereka penuh dengan ular dan kalajengking.

"Mereka itu adalah orang yang enggan
membayar zakat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Keempat

Digiring dari kubur dengan keadaan darah
seperti air pancuran keluar dari mulut mereka.

"Mereka itu adalah orang yang berdusta di
dalam jual beli, maka inilah balasannya dan
tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Kelima

Digiring dari kubur dengan bau busuk dari
bangkai. Ketika itu Allah menurunkan angin
sehingga bau busuk itu mengganggu
ketenteraman di Padang Mahsyar.

"Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan durhaka takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula merasa takut kepada Allah, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Keenam

Digiring dari kubur dengan keadaan kepala
mereka terputus dari badan.

"Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Ketujuh

Digiring dari kubur tanpa mempunyai lidah
tetapi dari mulut mereka mengalir keluar
nanah dan darah.

"Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Kedelapan

Digiring dari kubur dalam keadaan terbalik
dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas.

"Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Kesembilan

Digiring dari kubur dengan berwajah hitam
gelap dan bermata biru sementara dalam diri
mereka penuh dengan api gemuruh.

"Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Kesepuluh

Digiring dari kubur mereka dalam keadaan
tubuh mereka penuh dengan penyakit sopak
dan kusta.

"Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Kesebelas

Digiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran.

"Mereka adalah orang yang minum arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

:::::... Barisan Kedua Belas

Mereka digiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih memaklumkan:

"Mereka adalah orang yang beramal saleh dan banyak berbuat baik. Mereka menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah syurga, mendapat ampunan, kasih sayang dan keredhaan Allah Yang Maha Pengasih..."

Waallahua'lam,
Semoga kita semua di saf yang Ke-12 yang
mendapat rahmat dari Allah subhanahu
wata'ala. Aamiin...

Dari: FB Ebby Marleyjuana @Sudah Tahukah Anda?
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Doa Taubat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

Doa Taubat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Selain sayyidul istighfar dan yang lainnya, ini adalah salah satu doa yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Isi doa ini jika kita renungkan dalam-dalam ternyata sangat mencakup berbagai permintaan yang sangat kita perlukan. Sebab semuanya sering mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. Coba perhatikan:

Dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau biasa berdo'a dengan do'a sebagai berikut;

رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي كُلِّهِ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطَايَايَ وَعَمْدِي وَجَهْلِي وَهَزْلِي وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

(Robbighfirlii khothii'atii wa jahlii wa 'isroofii fii amrii kullihi wa maa anta a'lamubihi minnii, Alloohummaghfirlii khothooyaaya wa 'amdii wa jahlii wa hazlii wa kulu dzalika 'indii, Alloohumaghfirlii maa qoddamtu wa maa akhortu wa maa asrortu wa maa a'lantu antal muqoddimu wa antal mu'akhkhiru wa anta 'alaa kulli syai'in[ng] qodiir)

"Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kebodohanku, dan perbuatanku yang berlebihan dalam urusanku, serta ampunilah kesalahanku yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kemalasanku, kesengajaanku, kebodohanku, gelak tawaku yang semua itu ada pada diriku. Ya Allah, ampunilah aku atas dosa yang telah berlalu, dosa yang mendatang, dosa yang aku samarkan dan dosa yang aku perbuat dengan terang-terangan, Engkaulah yang mengajukan dan Engkaulah yang mengakhirkan, serta Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (HR Bukhari – Shahih)

Tema sentral di dalam doa ini adalah seorang hamba Allah subhaanahu wa ta'aala memohon ampunan-Nya. Setidaknya ada tigabelas poin yang diajukan hamba tersebut kepada Rabb-nya. Semuanya ia harapkan diampuni oleh Allah subhaanahu wa ta'aala:

Pertama, "Ya Allah, ampunilah kesalahanku". Kesalahan dapat mencakup perintah Allah yang dilalaikannya atau larangan Allah yang dilanggarnya.

Kedua, "Ya Allah, ampunilah kebodohanku". Manusia tidak luput dari kebodohan. Tidak ada manusia yang memiliki pengetahuan sempurna. Dan kebodohan seseorang seringkali menyebabkan tingkahlaku yang tidak terpuji. Sehingga ia perlu memohon ampunan Allah subhaanahu wa ta'aala atas kebodohan dirinya.

Ketiga, "Ya Allah, ampunilah perbuatanku yang berlebihan dalam urusanku". Terkadang kita mengerjakan suatu perbuatan secara tidak adil atau tidak proporsional. Perbuatan berlebihan tersebut sangat mungkin menyakiti hati bahkan menzalimi orang lain. Maka kita berharap ampunan Allah atas perbuatan berlebihan di dalam berbagai urusan.

Keempat, "Ya Allah, ampunilah kesalahanku yang Engkau lebih mengetahui daripadaku". Manusia sering mengerjakan kesalahan tanpa ia menyadarinya. Orang lain boleh jadi dengan mudah melihat kesalahannya, tetapi ia sendiri tidak menyadarinya. Maka untuk urusan seperti ini seorang mukmin memohon ampunan Allah Yang Maha Tahu segala sesuatunya. Seorang mukmin mengakui jika Allah subhaanahu wa ta'aala merupakan Dzat Yang Maha Tahu perkara yang ghaib  maupun nyata, maka iapun mengembalikan segenap dosa yang ia sendiri tidak ketahui kepada Allah subhaanahu wa ta'aala. Ia serahkan dosa jenis ini kepada Ke-Maha-Tahu-an Allah subhaanahu wa ta'aala. Sebab ia yakin bahwa Allah pasti jauh lebih mengetahui dosa yang dilakukan hamba-Nya daripada si hamba itu sendiri.

Kelima, "Ya Allah, ampunilah kesalahanku". Manusia bisa terlibat di dalam banyak kesalahan. Maka ia memohon kembali ampunan Allah atas kesalahannya padahal sebelumnya ia telah mengajukannya kepada Allah subhaanahu wa ta'aala.

Keenam, "Ya Allah, ampunilah kemalasanku". Kemalasan dapat menjadi musuh utama yang menyebabkan seseorang menunda bahkan melalaikan suatu kewajiban yang mestinya ia kerjakan. Pengakuannya di hadapan Allah bahwa dirinya terkadang dilanda kemalasan jelas mesti disertai dengan permohonan ampunan Allah atasnya.

Ketujuh, "Ya Allah, ampunilah kesengajaanku". Harus diakui bahwa terkadang kita secara sengaja melakukan suatu kesalahan. Entah karena emosi, atau terpengaruh lingkungan atau berbagai alasan lainnya. Yang jelas, semua kesengajaan itu mesti kita istighfari, mesti kita mintakan ampunan Allah atasnya.

Kedelapan, "Ya Allah, ampunilah kebodohanku". Subhaanallah, ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat mengerti akan kelemahan kita yang satu ini. Manusia memang selalu kekurangan ilmu sehingga ia mustahil luput dari kebodohan. Sehingga permohonan ampunan Allah atas kebodohan diri perlu diajukan berulang-kali.

Kesembilan, "Ya Allah, ampunilah gelak tawaku yang semua itu ada pada diriku." Apakah tertawa itu berdosa? Tentunya tidak. Tetapi bila dilakukan secara tidak proporsional ia akan mendatangkan masalah. Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan." (QS At-Taubah 82)

Sementara itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

وَاللهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
"Demi Allah, andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian jarang  tertawa dan sering menangis." (HR Tirmidzi  – Shahih)

Kesepuluh, "Ya Allah, ampunilah aku atas dosa yang telah berlalu". Kita perlu berhati-hati terhadap dosa yang pernah kita lakukan di masa lalu. Sebab boleh jadi dosa tersebut belum sempat kita istighfari di waktu itu. Maka saat ini kita akui dan sesali di hadapan Allah subhaanahu wa ta'aala. Bahkan kita mohonkan ampunan Allah atasnya.

Kesebelas, "Ya Allah, ampunilah aku atas dosa yang mendatang". Seorang mukmin sadar jika hidupnya bukan hanya terdiri atas masa lalu dan masa kini. Tetapi juga meliputi masa yang akan datang. Demikian pula dengan dosa yang dikerjakan. Ia tidak hanya terjadi di masa lalu dan masa kini semata. Tetapi tentunya sangat mungkin bisa terjadi di masa mendatang. Oleh karenanya dengan penuh kejujuran ia mengharapkan ampunan Allah atas dosa yang mendatang. Dan tentunya ini tidak boleh dilandasi niat buruk berrencana dengan sengaja berbuat dosa di masa mendatang.

Keduabelas, "Ya Allah, ampunilah aku atas dosa yang aku samarkan". Seorang mukmin sangat khawatir dengan dosa yang ia lakukan sembunyi-sembunyi atau tersamar. Sebab ia teringat hadits sebagai berikut:
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikan kebaikan itu debu yang beterbangan." Tsauban berkata; "Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya." Beliau bersabda: "Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan Allah jika mereka berkhulwah (menyendiri)." (HR Ibnu Majah – Shahih)

Ketigabelas, "Ya Allah, ampunilah aku atas dosa yang aku perbuat dengan terang-terangan". Sedangkan terhadap dosa yang ia kerjakan secara tersamar saja ia sudah sangat khawatir, maka apalagi dosa yang dilakukan secara terbuka. Oleh karenanya ia sangat memohon ampunan Allah subhaanahu wa ta'aala atasnya.

Sungguh luar biasa, ketigabelas poin di atas jelas merupakan dosa dan kesalahan yang sangat sering kita lakukan. Betapa beruntungnya ummat Islam diajarkan oleh Nabi mereka suatu doa yang sungguh diperlukan.
Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada Nabi-Mu Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Amiin ya rabbal 'aalamiin. 

http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/doa-yang-sangat-kita-perlukan.htm#.UIUQhFHT1qQ
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Quran Tafsir Ibnu Abbas Al Fajr 89:17-30

QS. Al-Fajr 89:17-30 (of 30)
{Ta'awudz & Basmalah}
 
كَلَّا ۖ بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ ۞
(89:17) "Kallaa" (sekali-kali tidak). Ungkapan ini merupakan penolakan thd pandangan yg diungkapkan pd ayat sebelumnya. Kemuliaan yg Kuberikan bukanlah berupa harta dan kekayaan, serta kehinaan yg Kutimpakan bukan pula berupa kefakiran dan penyedikitan harta. Tetapi, kemuliaan yg Kuberikan akan berupa makrifah dan taufik, serta kehinaan yg Kutimpakan berupa pengingkaran dan penelantaran. "Bal laa tukrimuunal yatiim" (bahkan sebenarnya kalian tidak memuliakan anak yatim), yakni kalian tidak mengetahui hak anak yatim. Di pangkuannya tdp seorang anak yatim, tetapi ia tidak mengetahui hak anak yatim itu dan tidak pula berlaku baik thd nya.

وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ ۞
(89:18) "Wa laa tahaadl-dluuna" (dan kalian tidak saling menganjurkan), yakni dan kalian tidak mendorong diri kalian dan orang lain. "'Alaa tho'aamil miskiin" (untuk memberi makan orang miskin), yakni untuk bersedekah kpd orang2 miskin.

وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَمًّا ۞ 
(89:19) "Wa ta'kuluunat turootsaa aklal lammaa" (dan kalian benar2 memakan harta warisan dgn cara mencampuradukkan), yakni dgn cara yg keterlaluan.

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا ۞
(89:20) "Wa tuhibbuunal maala hubban jammaa" (dan kalian mencintai harta dgn kecintaan yg berlebih), yakni dgn kecintaan yg amat sangat.


كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا ۞
(89:21) "Kallaa" (janganlah begitu). Ungkapan ini merupakan penyangkalan terhadapnya [yg diungkapkan pd ayat sebelumnya]. "Idzaa dukkatil ardlu dakkan dakkaa" (bila bumi benar2 diguncangkan secara berturut-turut), yakni bila bumi diguncangkan, guncangan demi guncangan.

وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا ۞
(89:22) "Wa jaa-a robbuka" (dan Datanglah Rabb-mu), yakni dan Rabb-mu akan Datang tanpa perlu mempertanyakan bagaimana caranya Dia Datang. "Wal malaku" (serta malaikat pun), yakni malaikat pun akan datang pula. "Shoffan shoffaa" ([datang] bersaf-saf), seperti bersafnya para penghuni dunia ketika shalat.

وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ ۞
(89:23) "Wa jii-a yauma-idzim bi jahannama" (dan pada hari itu neraka Jahannam didatangkan) bersama 70.000 tali kekang. Pada tiap2 tali kekang tdpt 70.000 malaikat yg akan mengarahkan dan membukakannya di Padang Mahsyar. "Yauma-idzin" (pada hari itulah), yakni pada hari kiamat itulah. "Yatadzakkarul insaanu" (manusia menjadi sadar), yakni Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf mau mengambil pelajaran. "Wa annaa lahudz dzikroo" (padahal peringatan itu tak berguna lagi untuknya), yakni bagaimana mungkin ia akan mendapat pelajaran, padahal pelajaran itu telah hilang darinya.

يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي ۞
(89:24) "Yaquulu yaa laitanii" (berkatalah ia, Alangkah ingin kiranya), yakni ia mengangankan. "Qoddamtu li hayaatii" (dahulu aku berbuat [amal2 saleh] untuk kehidupanku ini), yakni untuk kehidupanku yg kekal ini, saat aku berada dalam kehidupan yg fana. Menurut yg lain, alangkah ingin kiranya dahulu aku beramal dalam kehidupanku yg fana untuk kehidupanku yg kekal.


فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ ۞
(89:25) "Fa yauma-idzin" (maka pada hari itu), yakni pada hari kiamat. "Laa yu'adz-dzibu 'adzaabahuu ahad" (tak ada seorang pun yg dapat mengazab seberat Azab-Nya), yakni sepadan dgn Azab-Nya.

وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ ۞
(89:26) "Wa laa yuutsiqu wa tsaaqohuu ahad" (dan tak ada seorang pun yg dapat mengikat sekuat Ikatan-Nya), yakni sepadan dgn Ikatan-Nya. Terdapat penafsiran lain thd ayat ini, yaitu: "laa yu'adz-dzibu 'adzaabahuu ahad" (tak ada seorang pun yg dpt mengazab seberat azab-Nya), yakni seperti Azab Allah Ta'ala; "wa laa yuutsiqu wa tsaaqohuu ahad" (dan tak ada seorang pun yg dapat mengikat sekuat Ikatan-Nya), yakni spt Ikatan Allah Ta'ala. Maksudnya, tak seorang pun yg memiliki kesanggupan untuk mengazab spt azab yg Ditimpakan Allah Ta'ala kpd Makhluk-Nya.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ۞
(89:27) "Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah" (wahai jiwa yang tenteram), yakni jiwa yg aman dari Azab Allah Ta'ala, yg membenarkan tauhuudullaah, yg mensyukuri Nikmat-nikmat Allah Ta'ala, yg sabar dalam menghadapi Cobaan Allah Ta'ala, yg rida thd Ketentuan Allah Ta'ala, dan yg puas thd Pemberian Allah Ta'ala.

ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً ۞
(89:28) "Irji'ii ilaa robbiki" (kembalilah kpd Rabb-mu), yakni kpd segala sesuatu yg Dipersiapkan Allah Ta'ala di dalam surga untukmu. "Roodliyatan" (dalam keadaan rida) dgn Pahala Allah Ta'ala. "Mardliyyah" (dan diridai) berkat tauhid.

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ۞ 
(89:29) "Fad -khulii fii 'ibaadii" (kemudian masuklah ke dalam kelompok Hamba2-Ku), yakni ke dalam rombongan Wali2-Ku.

وَادْخُلِي جَنَّتِي ۞
(89:30) "Wadkhulii jannatii" (dan masuklah ke dalam Surga-Ku) yg telah Kujanjikan kpd mu.
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Sabtu, Desember 01, 2012

Tentang Meng-Qodho Shalat Rawatib

Tentang mengqadha shalat Rawatib:

Telah diriwayatkan dengan shahih dari Aisyah -Radhiyallahu 'anha- bahwa Nabi -Shalallahu 'alaihi wa sallam- biasanya bila tidak sempat melakukan shalat sunnah empat rakaat sebelum Dzuhur, beliau melakukannya sesudah Dzuhur. (HR. At-Tirmidzi dalam kitab Ash-Shalah, bab: Riwayat tentang Dua Rakaat Sesudah Dzuhur, no. 426)

Diriwayatkan juga dengan shahih dari Abu Hurairah -Radhiyallahu 'anhu- bahwa Nabi -Shalallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
"Barangsiapa yang belum sempat shalat dua rakaat sunnah Shubuh, hendaknya ia shalat setelah terbit matahari." (HR. Ibnu Majah, no. 1155. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Inbu Majah, I/90)

Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani pernah bertanya kepada Syaikh bin Baaz -Rahimahullah-, "Apakah shalat-shalat Rawatib dapat diqadha'?" Beliau menjelaskan bahwa shalat rawatib hanya bisa diqadha bila tertinggal bersama shalat wajib. Adapun perbuatan Nabi yang mengqadha shalat sunnah Dzuhur, itu adalah kekhususan beliau." (Lihat catatan kaki Zadul Ma'ad, I/38).

Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani berkata, "Dikecualikan shalat yang ada berdasarkan riwayat shahih tentang shalat rawatib sebelum Zhuhur yang diqadha oleh Nabi sesudahnya, dan juga shalat rawatib sebelum Shubuh yang diqadha sesudahnya, atau bahkan setelah matahari terbit atau setelah matahari meninggi, serta qadha shalat Witir menjadi genap pada siang harinya, bagi orang yang kelupaan atau ketiduran sehingga tidak sempat mengerjakannya (maka hendaknya ia mengqadha shalat-shalat tersebut). Demikianlah fatwa yang beliau keluarkan hingga beliau wafat."
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Mukjizat Al-Qur'an dan Hadits Tentang Fenomena Laut Yang Mendidih

:: Mukjizat Al-Qur'an dan Hadits Tentang Fenomena Laut Yang Mendidih ::

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Baru-baru ini muncul sebuah fenomena, yaitu terjadi retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah luah, ia tidak bisa memadamkan api.

Laut Yang Mendidih

Nabi SAW bersabda:
Tidak ada yang mengarungi lautan, kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan.

Ulasan Hadist

Hadis ini sangat sesuai dengan sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur'an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api (Al-Bahr Al-Masjur). Sumpahnya:

وَٱلطُّورِ (١) وَكِتَـٰبٍ۬ مَّسۡطُورٍ۬ (٢) فِى رَقٍّ۬ مَّنشُورٍ۬ (٣) وَٱلۡبَيۡتِ ٱلۡمَعۡمُورِ (٤)وَٱلسَّقۡفِ ٱلۡمَرۡفُوعِ (٥) وَٱلۡبَحۡرِ ٱلۡمَسۡجُورِ (٦) إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَٲقِعٌ۬ (٧) مَّا لَهُ ۥ مِن دَافِعٍ۬ (٨)

Artinya: Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya. (QS. Ath-Thur (52):1-8)

Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur'an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna sajara sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?

Persepsi demikan mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT yang terdapat dalam surah At-Takwir:

وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ سُجِّرَتۡ

Artinya: Dan apabila lautan dipanaskan. (QS. At-Takwir (81):6)

Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).

Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja sajara selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata sajara, yaitu mala'a dan kaffa (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.

Namun, hadis Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.

Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera'.

Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besarterdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan.sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.

Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan 'fenomena perluasan dasar laut dan samudera'. Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.

Salah satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panaspun tidak mempu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan Allah SWT yang tiada batas.

Laut Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut inipun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.

Kapal-kapal proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorangpun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kntemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.

Kemudian terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di dalam pisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di permukaan bumi.

Dari sini tampaklah kehebatan hadis Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda:

Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.

Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.

Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadis Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:

"Dan tiadalah yang diucapkannya itu [Al-Qur'an] menurut kemauan hawa nafsunya. (3) Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan [kepadanya], (4) yang diajarkan kepadanya oleh [Jibril] yang sangat kuat, (5) Yang mempunyai akal yang cerdas; dan [Jibril itu] menampakkan diri dengan rupa yang asli, (6) sedang dia berada di ufuk yang tinggi. (7) Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, (8)maka jadilah dia dekat [pada Muhammad sejarak] dua ujung busur panah atau lebih dekat [lagi]. (9) Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya [Muhammad] apa yang telah Allah wahyukan. (10)" (QS. An-Najm (53):3-10)

Tidak seorangpun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya. (sen)

COMMENTS:
# Syaiful Bahri: itu teori ttp plate tectonic dan continental drift muncul thn 40-an, tp br dibuktikan dan diakui oleh para ahli akhir thn 60-an. Pemekaran lantai samudra (sea floor spreading) adalah wujud dari bukti tentang bergeraknya lantai samudra dan kontinen, dan sdh diungkapkan dlm beberapa surat dlm Al Qur'anul karim, maha besar Allah yg telah menciptakan bumi yg kita pijak selalu bergerak "laksana bahtera dilautan"

Alhamdulillahirobbil 'aalamiin.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Sumber: @Sudah Tahukah Anda?
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Senin, November 19, 2012

Tafsir Quran Surah Al-Fajr 89:1-16 (of 30)

QS. Al-Fajr 89:1-16 (of 30)
{Ta'awudz & Basmalah}

وَالْفَجْرِ ۞
(89:1) "Wal fajr" (demi fajar), yakni Allah Ta'ala Bersumpah dgn fajar, yaitu waktu subuh pd suatu hari. Menurut satu pendapat, yg dimaksud adalah seluruh waktu siang. Dan ada pula yg berpendapat bahwa yg dimaksud dgn fajar adalah permulaan tahun.

وَلَيَالٍ عَشْرٍ ۞
(89:2) "Wa layaalin 'asyr" (dan [demi] malam yg sepuluh), yakni dari awal bulan Dzulhijjah.

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ۞
(89:3) "Wasy syaf'I" (dan [demi] yg genap), yakni hari 'Arafah dan hari Nahar. "Wal watr" (serta yg ganjil), yakni tiga hari sesudah hari Nahar. Menurut satu pendapat, asy-syaf'i (yg genap) adalah tiap2 shalat yg dilakukan dua atau empat rakaat, spt shalat Subuh, Zuhur, Asar, dan 'Isya. Sedangkan 'wal watr' (serta yg ganjil) adalah tiap2 shalat yg dilakukan tiga rakaat, seperti shalat Magrib dan shalat Witir. Menurut pendapat yg lain, asy-syaf'i . (yg genap) adalah langit dan bumi, dunia dan akhirat, surga dan neraka, Arasy dan Kursi, serta matahari dan bulan. Semua itu termasuk yg genap. Sementara 'wal watr' (serta yg ganjil) adalah sesuatu yg tunggal. Dan ada pula yg berpendapat, asy-syaf'i (yg genap) adalah laki2 dan perempuan, orang kafir dan orang Mukmin, orang Mukhlis dan orang munafik, serta orang saleh dan orang durhaka. Sementara 'wal watr' (serta yg ganjil) adalah Allah Ta'ala.


وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ ۞

(89:4) "Wal laili idzaa yasr" (dan [demi] malam apabila berlalu), yakni apabila beranjak. Yang dimaksud adalah malam Muzdalifah. Menurut yg lain, dan (demi) malam apabila orang2 datang dan pergi. Allah Ta'ala Bersumpah dgn semua itu. "Inna robbaka" (sesungguhnya Rabb-mu), hai Muhammad, "la bil mir shood" (benar-benar mengawasi). Adalah Allah Ta'ala yg Menjelaskan jalan yg mesti ditempuh para hamba, dan Dia pula yg Memberikan balasan kepada para hamba.

هَلْ فِي ذَٰلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ ۞
(89:5) "Hal fii dzaalika" (bukankah pada yg demikian itu), yakni pada hal2 yg telah Kuterangkan itu. "Qosamul li dzii hijr" (terdapat sumpah bagi setiap yg berakal).

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ ۞
(89:6) "A lam taroo" (tidakkah kamu merenungkan), yakni tidakkah kamu diberitahu, hai Muhammad, dalam al-Quran. "Kaifa fa'ala robbuka" (bagaimana Rabb-mu telah Bertindak), yakni Rabb-mu telah Berbuat. "Bi 'aad" (terhadap kaum 'Ad), yakni kaum Nabi Hud. Bagaimana Allah Ta'ala Membinasakan mereka ketika mereka mendustakan (Risalah-Nya).


إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ ۞
(89:7) "'Irama" (yaitu kaum Iram). Iram adalah Sam bin Nuh. Putra Sam adalah Syim, putra Syim adalah Ham, dan putra Ham adalah 'Ad. "Dzaatil 'imaad" (yg memiliki tiang2), yakni yg memiliki tiang2 terpancang. Menurut satu pendapat, yg memiliki kekuatan.

الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ ۞
(89:8) "Allatii lam yukhlaq mitsluhaa fil bilaad" (yg belum pernah diciptakan bandingannya di negeri2 lain), yakni dalam hal kekuatan dan ketinggiannya. Ada yg mengatakan, Iram adalah nama sebuah kota yg dibangun oleh Syadid dan Syaddad; "dzaatil 'imaad" (yg memiliki tiang2), yakni tiang2 yg terbuat dari emas dan perak; "allatii lam yukhlaq mitsluhaa fil bilaad" (yg belum pernah diciptakan bandingannya di negeri2 lain), yakni dalam hal keindahan dan keelokannya.

وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ ۞
(89:9) "Wa tsamuuda" (dan kaum Tsamud), yakni bagaimana Allah Ta'ala Membinasakan kaum Tsamud (kaum Nabi Shalih). "Alladziina jaabus shakhro bil waad" (yg membelah batu2 besar di lembah), yakni yg mengebor (melubangi) batu2 besar yg ada di lembah2 kota.

وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ ۞
(89:10) "Wa fir'auna" (serta Fir'aun), yakni bagaimana Allah Ta'ala Membinasakan Fir'aun. "Dzil autaad" (yg mempunyai pasak2). Penyebutan 'dzil autaad', disebabkan keberadaan empat pasak yg dibuat oleh Fir'aun. Apabila Fir'aun murka kpd seseorang, maka ia suka membentangkan orang tsb di antara pasak2 itu serta menyiksanya sampai mati. Hal ini pun dilakukan pula oleh Fir'aun thd istrinya, Asiyah binti Muzahim. [Mereka tsb telah melakukan kemaksiatan dan kekafiran di bumi Mesir dan kedurhakaan mrk telah menyebabkan mrk mendapat Azab Allah Ta'ala]


۞ الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ ۞
(89:11) "Alladziina thaghau fil bilaad" (yang telah berlaku sewenang2 di negeri2 itu), yakni mereka telah melakukan kemaksiatan dan kekafiran di bumi Mesir. Ada yg berpendapat, kedurhakaan mrk telah menyebabkan mrk mendapat Azab Allah Ta'ala. [Contohnya: Kaum Iram, Tsamud, dan Fir'aun]

۞ فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ ۞
(89:12) "Fa aktsaruu fiihaa" (maka di sana mereka banyak membuat), yakni di bumi Mesir. "Al-fasaad" (kerusakan), yaitu pembunuhan dan penyembahan thd berhala2.

۞ فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ ۞
(89:13) "Fa shobba" (karena itu, Rabb-mu Menimpakan), yakni Menurunkan. " 'Alaihim robbuka sautho 'adzaab" (cambuk azab kpd mereka), yakni azab yg sangat berat.
 

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ ۞
(89:14) "Inna robbaka" (sesungguhnya Robb-mu), hai Muhammad! "La bil mirshood" (benar2 mengawasi), yakni mengawasi tempat lalu-lalang mrk dan semua makhluk. Menurut satu pendapat, sesungguhnya Malaikat2 Rabb-mu akan menahan para hamba di atas Shirooth pada tujuh tempat. Malaikat2 itu akan menanyai para hamba dgn tujuh pertanyaan.

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ۞
(89:15) "Fa ammal insaanu" (adapun manusia), yakni manusia yg kafir, yaitu Ubay bin Khalaf. Ada yg mengatakan, Umayyah bin Khalaf. "Idzaa mabtalaahu" (apabila diuji), yakni apabila diberi cobaan. "Robbuhuu" (oleh Rabb-nya) dgn kekayaan, kecukupan, dan penghidupan. "Fa akromahuu" (lalu Dia Memuliakannya), yakni Dia Memperbanyak hartanya. "Wa na''amahuu" (dan Memberinya kesenangan), yakni Melapangkan penghidupannya. "Fa yaquulu robbii akroman" (maka ia akan berkata, Rabb-ku telah Memuliakan daku) dgn harta dan penghidupan.

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ ۞
(89:16) "Wa ammaa idzaa mabtalaahu" (namun, apabila ia Diuji oleh Rabb-nya), yakni apabila ia Diberi cobaan oleh Rabb-nya dgn kefakiran. "Fa qodaro 'alaihi" (lalu Dia Menyempitkan untuknya), yakni Menyedikitkan untuknya. "Rizqahuu" (rezekinya), yakni penghidupannya. "Fa yaquulu robbii ahaanan" (maka ia akan berkata, Rabb-ku telah Menghinakan daku) dgn kefakiran dan penghidupan yang sempit.

----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Sabtu, November 17, 2012

Hikmah Hijrah

FB "KATA-KATA HIKMAH" wrote:

RAHASIA HIJRAH

Hijrah adalah keniscayaan. Allah swt. membangun sistem di alam ini berdasarkan gerak. Planit bergerak, berjalan pada porosnya. Allah berfirman: "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS. Yasin: 38). Imam Syafii'i menggambarkan dalam sya'irnya yang sangat indah bahwa air yang tergenang akan busuk dan air yang mengalir akan bening dan jernih. Seandainya matahari berhenti di ufuk timur terus menerus, niscaya manusia akan bosan dan stres.

Benar, hijrah sebuah keniscayaan. Karena dalam diam tersimpan segala macam keburukan. Mobil yang didiamkan berhari-hari akan karat dan hancur. Jasad yang didudukkan terus menerus akan mengidap banyak penyakit. Itulah rahasia mengapa harus olah raga. Syaikh Muhammad Al Ghazali berkata: "Bahwa orang-orang yang nganggur adalah manusia yang mati. Ibarat pohonan yang tanpa buah para penganggur itu adalah manusia-manusia yang wujudnya menghabiskan keberkahan."

Terbukanya kota Mekah adalah keberkahan hijrah. Seandainya Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya tetap berdiam di kota Mekah, tidak pernah terbayang akan lahir sebuah kekuatan besar yang kemudian menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Sungguh berkat hijrah ke kota Madinah kekuatan baru umat Islam terbangun, yang darinya kepemimpinan Islam merambah jauh, tidak hanya melampaui kota Mekah, pun tidak hanya melampaui Jazirah Arabia, melainkan lebih dari itu melampaui Persia dan Romawi.

Ada beberapa dimensi hijrah yang harus kita wujudkan dalam hidup kita sehari-hari di era modern ini, agar kita medapatkan keberkahan:

>>Pertama, dimensi personal, bahwa setiap mukmin harus selalu lebih baik kwalitas keimannya dari hari kemarin. Karenanya dalam Al-Qur'an Allah swt. selalu menggunakan kata ahsanu amala (paling baiknya amal). Maksudnya bahwa tidak pantas seorang mukmin masuk di lubang yang sama dua kali. Itulah sebabnya mengapa sepertiga Al-Qur'an menggambarkan peristiwa sejarah. Itu untuk menekankan betapa pentingnya belajar dari sejarah dalam membangun ketaqwaan. Dari sini kita paham mengapa Allah swt. dalam surah Al Hasyr:18 menyandingkan perintah bertaqwa dengan perintah belajar dari sejarah:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

>>Kedua, dimensi sosial, bahwa seorang mukmin tidak pantas berbuat dzalim, mengambil penghasilan secara haram dan hidup bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Seorang mukmin harus segera hijrah dari situasi sosial semacam ini. Seorang mukmin harus segera membangun budaya takaful –saling menanggung-. Itulah rahasia disyari'atkannya zakat. Bahwa di dalam harta yang kita punya ada hak orang lain yang harus dipenuhi. Allah berfirman :
"Walladziina fii amwaalihim haqqun ma'luum (dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu.") (QS. Al Maarij: 24).

Dan ini telah terbukti dalam sejarah bahwa membangun budaya takaful akan menyelesaikan banyak penyakit sosial yang akhir-akhir ini sangat mencekam. Terlalu tingginya angka kemiskinan dan penganggguran di tengah negeri yang kaya secara sumber alam, sungguh suatu pemandangan yang naif. Namun ini tentu ada sebabnya, di antaranya yang paling pokok adalah karena kedzaliman dan ketidak jujuran. Dari sini jelas bahwa hijrah yang harus dibuktikan saat ini adalah komitmen untuk tidak lagi mengulangi budaya korupsi. Sebab dari budaya inilah berbagai penyakit sosial lainnya tak terhindarkan.

>>Ketiga, dimensi dakwah, bahwa seorang mukmin tidak boleh berhenti pada titik sekedar mengaku sebagai seorang mukmin secara ritual saja, melainkan harus dibuktikan dengan mengajak orang lain kepada kebaikan. Ingat bahwa syetan siang dan malam selalu bekerja keras mengajak orang lain ke neraka. Syetan berkomitmen untuk tidak masuk neraka sendirian.

Dari sini saatnya seorang mukmin harus bersaing dengan syetan. Ia harus hijrah dari sikap pasif kepada sikap produktif. Produktif dalam arti bekerja keras mengajak orang lain ke jalan Allah. Sebab tidak pantas seorang mukmin bersikap pasif. Pasifnya seorang mukmin bukan saja akan membawa banyak bakteri pelemah iman, melainkan juga membawa bencana bagi kemanusiaan.

Itulah sebabnya mengapa seorang pemikir muslim abad ini dari India Syaikh Abul Hasan Ali An-Nadwi menulis sebuah buku yang sangat terkenal dan menomental: maadzaa khasiral aalam bin khithaathil muslimiin ( betapa dahsyatnya kerugian yang dialami dunia ketika umat Islam tidak berdaya).

Ini benar, bahwa dunia ini memang membutuhkan umat Islam yang berdaya. Umat Islam yang produktif. Bukan umat Islam yang pasif. Dan kini kita menyaksikan dengan mata kepada betapa kerusakan merejalela melanda kemanusiaan akibat dari lemahnya umat Islam. Bandingkan dengan dulu ketika Umar Bin Khaththab dan Umar bin Abdul Aziz memimpin dunia. Inilah hijrah yang harus segara kita buktikan. Wallhu a'lam bishshawab.
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Kamis, Oktober 25, 2012

Tentang Al-Qur'an Surat 92.Al Lail

Tentang Al-Qur'an Surat 92.Al Lail

Dari: Wikipedia Portal Islam http://id.m.wikipedia.org/wiki/Portal:Islam

Surah Al-Lail (bahasa Arab:الّيل, al-Layl, "Malam") adalah surah ke-92 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 21 ayat, termasuk golongan surah Makkiyah, diturunkan sesudah Surah Al-A'la. Surat ini dinamai Al Lail (malam), diambil dari perkataan Al Lail yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

ISI SURAT

Usaha manusia itu berlainan, karena itu balasannya berlainan pula; orang yang suka berderma, bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang baik dimudahkan Allah baginya melakukan kebaikan yang membawa kepada kebahagiaan di akhirat, tetapi orang yang dimudahkan Allah baginya melakukan kejahatan-kejahatan yang membawa kepada kesengsaraan di akhirat, harta benda tidak akan akan memberi manfaat kepadanya; orang yang bakhil merasa dirinya cukup dan mendustakan adanya pahala yang baik.

Surat Al Lail menerangkan bahwa amalan-amalan yang dikerjakan dengan tulus ikhlas semata-mata mencari keridhaan Allah itulah yang membawa kebahagiaan di akhirat kelak.

HUBUNGAN SURAT AL-LAIL DENGAN AD DHUHA

Pada surat Al Lail diterangkan bahwa orang yang taqwa akan dimudahkan Allah mengerjakan perbuatan taqwa sehingga memperoleh kebahagiaan. Sedang pada surat Adh-Dhuhaa diterangkan bahwa keberuntungan di akhirat lebih baik dari keberuntungan di dunia

ASBABUN NUZUL

Ada beberapa riwayat yang memberitakan Asbabun Nuzul (sebab-sebab turunnya) surah al-Lail, diantaranya dari Ibnu Hatim, Al-Hakim, dan Al-Bazzar. Dalam riwayat Ibnu Hatim dikatakan bahwa surah al-Lail turun berkenaan pemilik pohon kurma yang bakhil.

Diceritakan bahwa pemilik pohon kurma tersebut memiliki pohon yang mayangnya menjulur hingga ke rumah tetangganya yang fakir dan memiliki banyak anak. Tiap kali berbuah, ia memetik hasilnya dari rumah tetangganya, namun bila kurma tersebut jatuh dan dipungut oleh anak-anak tetangganya yang fakir, ia segera merampasnya. Bahkan yang sudah masuk ke mulut anak-anak itu juga dipaksa dikeluarkannya. Kemudian, orang fakir itu mengadukan hal itu kepada Nabi Muhammad yang berjanji akan menyelesaikan masalahnya. Nabi kemudian bertemu dengan pemilik kurma dan bersabda, "Berikanlah kepadaku pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah si Anu, dan bagianmu sebagai gantinya pohon kurma di surga."

Pemilik pohon kurma itu berkata, "Hanya sekian tawaran tuan? Aku mempunyai banyak pohon kurma dan pohon kurma yang diminta itu paling baik buahnya." Kemudian pemilik pohon kurma itu pergi. Pembicaraan itu didengar oleh seorang dermawan yang langsung datang kepada Nabi dan berkata, "Apakah tawaran tuan itu berlaku juga bagiku, jika pohon kurma itu telah menjadai milikku?" Nabi menjawab "Ya." Orang itu kemudian menemui pemilik pohon kurma.

Pemilik pohon kurma itu berkata, "Apakah engkau tahu bahwa Muhammad SAW menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetanggaku? Dan bahwa aku telah mencatat tawarannya, akan tetapi buahnya sangat mengagumkan, padahal aku banyak mempunyai pohon kurma, dan tidak ada satupun pohon yang selebat itu." Orang dermawan itu bberkata, "Apakah kau mau menjualnya." Ia menjawab, "Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memnuhi keinginanku, akan tetapi pasti tidak akan ada yang sanggup." Dermawan itu berkata lagi, "Berapa yang engkau inginkan?" Ia berkata, "Aku inginkan empat puluh pohon kurma." Ia pun terdiam kemudian berkata lagi, "Engkau minta yang bukan-bukan, baik aku berikan 40 pohon kurma kepadamu, dan aku minta saksi jika engkau benar mau menukarnya." Ia memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu. Dermawan itu pun menghadap kepada Nabi dan berkata, "Ya Rasulullah! Pohon kurma itu telah menjadi milikku dan akan aku serahkan kepada tuan."
Nabi Muhammad kemudian menemui fakir itu, "Ambillah pohon kurma ini untukmu dan keluargamu." Kemudian turun seluruh surah al-Lail yang membedakan kedudukan dan akibat orang yang bakhil dengan orang dermawan.[1]

Riwayat-riwayat lain menyebutkan, bahwa sebagian besar isi surah Al-Lail turun berkenaan kedermawanan Abu Bakar. Al-Hakim menyebutkan bahwa ayat 5 hingga ayat terakhir surah ini turun berkenaan dengan kedermawaan Abu Bakar yang memerdekakan hamba-hamba yang lemah.[2] Sementara riwayat Ibnu Hatim yang bersumber dari Urwah menyebutkan Abu Bakar telah memerdekakan 7 hamba-hamba yang disiksa majikannya karena beriman kepada Allah sehingga turun ayat 17 hingga 21 surah ini berkenaan kedermawaannya.[3] Riwayat lain juga menyebutkan bahwa ayat 19 hingga 21 surah ini turun berkenaan dengan kedermawaan Abu Bakar.[4]

Referensi:
[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan yang lainnya dari al-Hakam bin Abban dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.
[2] Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Amir bin Abdullah bin Zubair yang bersumber dari bapaknya bernama Zubair.
[3] Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Urwah.
[4] Diriwayatkan oleh al-Bazzar yang bersumber dari Ibnu Zubair.
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Al-Quran Tafsir Ibnu Abbas 92. Al Lail

Al-Quran Tafsir Ibnu Abbas 92. Al Lail
QS. Al-Lail 92:1-21 (of 21)

{Ta'awudz & Basmalah}

وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ ۞
(92:1) "Wal laili" (demi malam), yakni Allah Ta'ala Bersumpah dengan malam. "Idzaa yagh-syaa" (apabila menutupi) cahaya siang.

وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ ۞
(92:2) "Wan nahaari idzaa tajallaa" (dan demi siang apabila terang benderang), yakni menerangi kegelapan malam.

وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَىٰ ۞
(92:3) "Wa maa khalaqa" (dan demi yg telah Menciptakan), yakni dan demi Dzat yg telah Menciptakan. "Adz-dzakaro wal untsaa" (laki-laki dan perempuan).

إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ ۞
(92:4) "Inna sa'yakum" (sesungguhnya usaha kalian), yakni amal kalian. "La syattaa" (memang berbeda-beda), yakni beragam: ada yg mendustakan Nabi Muhammad saw. dan al-Quran, serta ada pula yg membenarkannya; ada yg beramal untuk meraih surga, dan apa pula yg beramal untuk masuk ke neraka. Dan inilah yg menjadi tujuan sumpah di atas.

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ ۞
(92:5) "Fa ammaa man a'thoo" (adapun orang yg memberi), yakni menyedekahkan hartanya di Jalan Allah Ta'ala dan membeli sembilan orang Mukmin yg ada dalam penguasaan kaum kafirin. Kesembilan orang tersebut disiksa oleh kaum kafirin karena agama yg mereka (anut). Kemudian ia membeli dan membebaskan mereka semua dari orang2 kafir. "Wattaqoo" (dan bertakwa), yakni menjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan2 keji.

وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ ۞
(92:6) "Wa shoddaqo bil husnaa" (dan membenarkan yg terbaik), yakni membenarkan Janji Allah Ta'ala. Ada yg berpendapat, membenarkan surga. Dan ada pula yg berpendapat, membenarkan laa ilaaha illallaah.

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ ۞
(92:7) "Fa sanuyassiruhuu lil yusroo" (maka nanti Kami akan Memudahkannya pada [jalan] yg mudah), yakni maka nanti Kami akan memudahkan ketaatan baginya, dan akan membimbingnya pada ketaatan dari waktu ke waktu. Menurut satu pendapat, akan memudahkan sedekah di Jalan Allah Ta'ala dari waktu ke waktu. Orang tsb adalah Abu Bakr ash-Shiddiq.

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ ۞
(92:8) "Wa ammaa mam bakhila" (dan adapun orang2 yg bakhil) dgn hartanya di Jalan Allah Ta'ala, yakni al-Walid bin al-Mughirah. Ada pula yg mengatakan bahwa orang tsb adalah Abu Sufyan bin Harb yg ketika itu belum menjadi seorang Mukmin. "Wastaghnaa" (dan merasa dirinya cukup), yakni merasa dirinya tidak membutuhkan Allah Ta'ala.

وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ ۞
(92:9) "Wa kadz-dzaba bil husnaa" (serta mendustakan yg terbaik), yakni mendustakan Janji Allah Ta'ala. Ada yg berpendapat, mendustakan surga. Dan ada pula yg berpendapat, mendustakan laa ilaaha illallaah.

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ ۞
(92:10) "Fa sanuyassiruhuu lil 'usroo" (maka nanti Kami akan Memudahkannya pada [jalan] yang sukar), yakni maka nanti Kami akan Memudahkan kemaksiatan baginya dari waktu ke waktu, dan akan memudahkan dia untuk bersikap bakhil dalam bersedekah di Jalan Allah Ta'ala.

وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّىٰ ۞
(92:11) "Wa maa yughnii 'anhu maaluhuu" (dan hartanya tiadalah bermanfaat baginya), yakni harta yg dia kumpulkan ketika di dunia. "Idzaa taroddaa" (apabila ia telah binasa), yakni apabila ia telah mati. Menurut pendapat yg lain, apabila ia telah terjerumus ke dalam neraka.

إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَىٰ ۞
(92:12) "Innaa 'alainaa lal hudaa" (sesungguhnya tugas Kami-lah Memberi petunjuk), yakni Memberi penjelasan ttg kebaikan dan keburukan.

وَإِنَّ لَنَا لَلْآخِرَةَ وَالْأُولَىٰ ۞
(92:13) "Wa inna lanaa lal aakhirota wal uulaa" (dan sesungguhnya Kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia itu), yakni pahala dunia dan akhirat. Menurut yg lain, Kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia. Di akhirat berupa pahala dan kemuliaan, sedangkan di dunia berupa makrifah dan taufik.

فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّىٰ ۞
(92:14) "Fa andzartukum" (maka Kami Memperingatkan kalian), yakni Aku Menakut-nakuti kalian, hai penduduk Mekah, dgn al-Quran. "Naaron talazh-zhoo" (dgn neraka yang menyala2), yakni yg berkobar-kobar.

لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى ۞
(92:15) "Laa yashlaahaa" (tidak ada yg memasukinya), yakni masuk ke dalam neraka. "Illal asyqaa" (kecuali orang yg paling celaka), yakni orang yg celaka menurut Ilmu Allah Ta'ala.

الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ ۞
(92:16) "Alladzii kadz-dzaba" (yang mendustakan) tauhid. Ada yg berpendapat, melalaikan ketaatan kpd Allah Ta'ala. "Wa tawallaa" (dan berpaling) dari iman. Menurut yg lain, dari tobat.

وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى ۞
(92:17) "Wa sa yujannabuhaa" (dan kelak akan dijauhkan darinya), yakni akan dijauhkan dan dihindarkan dari neraka. "Al-atqoo" (orang yg paling takwa), yakni orang yg takwa.

الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّىٰ ۞
(92:18) "Alladzii yu'thii maalahuu" (yang menafkahkan hartanya), yakni yg mengeluarkan hartanya di Jalan Allah Ta'ala. Dialah Abu Bakr ash-Shiddiq. "Yatazakkaa" (untuk menyucikan), yakni menghendaki Wajah Allah Ta'ala dgn cara itu.

وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَىٰ ۞
(92:19) "Wa maa li ahadin 'indahuu min ni'matin tujzaa" (dan tak seorang pun memberinya suatu kenikmatan yg harus dibalasnya), yakni dan ia tidak mengeluarkan hartanya demi mengharapkan balasan seseorang.

إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ ۞
(92:20) "Illabtighoo-a wajhi robbihil a'laa" (kecuali semata-mata mencari Wajah Rabb-nya Yang Maha Tinggi), yakni kecuali demi mengharapkan Rabb-nya Yang Maha Tinggi, yg lebih tinggi dari apa pun.

وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ ۞
(92:21) "Wa la saufa yardloo" (dan kelak ia benar2 akan mendapat kepuasan), yakni ia akan dianugerahi pahala dan kemuliaan, sehingga merasa puas. Itulah Abu Bakr ash-Shiddiq dan teman2nya.

[Tafsir: Ibn Abbas, AlKalam Soft Penerbit Diponegoro Bandung. Text Arabic: Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Kamis, Oktober 18, 2012

Al-Quran Tafsir Ibn Abbas Al A'laa 87:12-19 (19 ayat)

QS. Al-A'laa 87:12-19 (of 19)
{Ta'awudz & Basmalah}

الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى ۞

(87:12) "Alladzii yash-lan naaro" (yaitu orang yg akan masuk ke dalam neraka), yakni yg akan masuk ke dalam neraka, di akhirat. "Al-kubroo" (yg sangat besar), tak ada satu azab pun yg lebih besar daripada azab neraka.

ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ ۞

(87:13) "Tsumma laa yamuutu fiihaa" (kemudian di dalamnya ia tidak akan mati), yakni di dalam neraka itu ia tidak akan mati, hingga (ia dapat) beristirahat. "Wa laa yahyaa" (dan tidak pula hidup), yakni kehidupan yg berguna baginya.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ۞

(87:14) "Qad aflaha" (sungguh berbahagialah), yakni sungguh beruntung dan selamatlah. "Man tazakkaa" (orang yg menyucikan diri), yakni orang yg mengambil pelajaran dari al-Quran serta mengesakan Allah Ta'ala.

وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ ۞

(87:15) "Wa dzakarosma" (dan ingat akan Nama), yakni Perintah. "Robbihii" (Rabb-nya) untuk menunaikan shalat lima waktu dan perintah2 lainnya. "Fa shollaa". (kemudian ia shalat), yakni shalat lima waktu secara berjamaah. Ayat ini memiliki penafsiran lain, yaitu: "Qad aflaha" (sungguh berbahagialah), yakni sungguh beruntung dan selamatlah; "man tazakkaa" (orang yg menyucikan diri), yakni orang yg mengeluarkan zakat fitrah sebelum ia keluar menuju tempat shalat; "wa dzakarosma robbihii" (dan ingat akan Nama Robb-nya), yakni bertahlil dan bertakbir saat ia pergi dan kembali; "fa shollaa" (kemudian ia shalat), yakni shalat 'id bersama imam.

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ۞

(87:16) "Bal tu'tsiruunal hayaatad dun-yaa" (namun, kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia), yakni lebih memilih beramal untuk dunia dan pahala dunia, daripada pahala akhirat.

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۞
(87:17) "Wal aakhirotu" (padahal akhirat), yakni beramal untuk akhirat dan pahala akhirat. "Khairun" (lebih baik), yakni lebih utama daripada pahala dunia dan beramal untuk dunia. "Wa abqoo" (dan lebih langgeng), yakni lebih kekal.

إِنَّ هَٰذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ ۞

(87:18) "Inna haadzaa" (sesungguhnya ini), yakni Firman Allah mulai dari ayat, sungguh berbahagialah ... (Q.S. 87 al-A'laa: 14) sampai ayat ini. "La fish shuhufil uulaa" (benar-benar terdapat dalam suhuf-suhuf terdahulu), yakni terdapat dalam kitab-kitab yang terdahulu.

صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ ۞

(87:19) "Shuhufi ibroohiima wa muusaa" (yaitu suhuf Ibrahim dan Musa), yakni kitab Musa (Taurat), dan kitab Ibrahim. Allah Ta'ala telah Mengetahui hal itu.

[Tafsir: Ibn Abbas, AlKalam Soft Penerbit Diponegoro Bandung. Text Arabic: Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Senin, Oktober 01, 2012

Al-Quran Tafsir Ibn Abbas Al A'laa 87:1-11 (19 ayat)

Al-Quran Tafsir Ibn Abbas Al A'laa 87:1-11 (19 ayat)

{Ta'awudz & Basmalah}

۞ سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى

(87:1) "Sabbihisma robbikal a'laa" (sucikanlah Nama Robb-mu Yang Maha Tinggi), yakni shalatlah kamu, hai Muhammad, sesuai dgn Perintah Robb-mu Yang Maha Tinggi; paling tinggi dari segala sesuatu. Ada yg berpendapat, berzikirlah, hai Muhammad, dgn meng-Esa-kan Robb-mu. Menurut yg lain, ucapkanlah, hai Muhammad, 'Subhaana robbiyal a'laa' (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi) ketika sujud.

۞ الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ

(87:2) "Alladzii kholaqo" (yg telah Menciptakan) semua yg bernyawa. Fa sawwaa (seraya menyempurnakan) Penciptaan-Nya dgn memberi dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, dan seluruh anggota tubuh.

۞ وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ

(87:3) "Wal ladzii qoddaro" (yg Menentukan), yakni yg telah Menjadikan semua laki-laki dan perempuan. "Fa hadaa" (kemudian Memberi petunjuk), yakni kemudian mengenalkan dan mengilhamkan, bagaimana laki2 dan perempuan itu menjadi sempurna. Menurut satu pendapat, Dia benar2 telah Menciptakannya dalam rupa yg cantik atau jelek, tinggi atau pendek. Ada yg berpendapat, Dia telah Menakdirkan kebahagiaan dan kecelakaan bagi Makhluk-Nya; "fa hadaa" (kemudian Memberi petunjuk), yakni kemudian Menjelaskan keimanan dan kekafiran serta kebaikan dan kekafiran.

۞ وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَىٰ

(87:4) "Wal ladzii akh-roja" (dan yg Mengeluarkan), yakni yg Menumbuhkan dgn adanya hujan. "Al-mar'aa" (rerumputan), yakni rerumputan yg hijau.

۞ فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَىٰ

(87:5) "Fa ja'alahuu" (kemudian Dia Menjadikan rerumputan itu), sesudah hijau. "Ghutsaa-an" (sbg sampah), yakni yg kering. "Ahwaa" (yg hitam) manakala sudah lewat satu tahun.

۞ سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَىٰ

(87:6) "Sa nuqri-uka" (Kami akan Membacakan kepadamu), yakni Kami akan Mengajarkan al-Quran kepadamu, hai Muhammad. Menurut yg lain, Jibril akan membacakan al-Quran kepadamu. "Fa laa tansaa" (sehingga kamu pun tidak akan lupa).

۞ إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَىٰ

(87:7) "Illaa maa syaa-allooh" (kecuali apa yg Dikehendaki Alloh), dan Alloh-Ta'ala benar2 telah Menghendaki agar kamu tidak lupa. Alhasil, sesudah itu Nabi Muhammad saw. tidak lupa sedikit pun dari al-Quran. "Innahuu ya'lamul jahro" (sesungguhnya Dia Mengetahui yg tampak), yakni ucapan dan perbuatan yg terang2an. "Wa maa yakh-faa" (dan yg tersembunyi), yakni rahasia tersembunyi yg tidak kamu katakan.

۞ وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَىٰ

(87:8) "Wa nuyassiruka lil yusroo" (dan Kami akan Menuntunmu ke jalan yg paling mudah), yakni Kami akan Memberimu kemudahan dalam menyampaikan risalah dan segala bentuk ketaatan.

فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَىٰ ۞

(87:9) "Fa dzakkir" (karena itu, sampaikanlah peringatan), yakni nasihatilah dgn al-Quran dan Alloh Ta'ala. "In nafa'atidz dzikroo" (karena peringatan itu bermanfaat), yakni tiadalah nasihat al-Quran dan Alloh Ta'ala akan bermanfaat kecuali bagi orang2 yg takut kpd Alloh Ta'ala. Dan itulah orang Mukmin.

سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَىٰ ۞

(87:10) "Sa yadz-dzakkaru" (akan menerima peringatan itu), yakni akan menerima nasihat al-Quran dan Alloh Ta'ala. "May yakh-syaa" (orang yg takut) kpd Alloh Ta'ala. Dialah Muslim.

وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى ۞

(87:11) "Wa yatajannabuhaa" (dan akan menjauhinya), yakni akan menjauh dan pindah dari nasihat al-Quran dan Alloh Ta'ala. "Al-asyqoo" (orang yg sangat celaka), yakni orang yg celaka menurut Ilmu Alloh Ta'ala

Insya-Alloh bersambung...
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Kamis, September 20, 2012

Quran Tafsir Ibn Abbas At Takwiir 81:11-25 (29 Ayat)

QS. At Takwiir 81:11-25 (of 29)
{Ta'awudz & Basmalah}

وَإِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ ۞
(81:11) "Wa idzas samaa-u kusyithot" (dan bila langit disingkapkan), yakni dicabut dari tempatnya dan digulung.

وَإِذَا الْجَحِيمُ سُعِّرَتْ ۞
(81:12) "Wa idzal jahiimu su'irot" (dan bila neraka Jahim dinyalakan), yakni dinyalakan untuk orang2 kafir.

وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ ۞
(81:13) "Wa idzal jannatu uzlifat" (dan bila surga didekatkan), yakni didekatkan kpd orang2 yg bertakwa.

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا أَحْضَرَتْ ۞
(81:14) "'Alimat nafsun" (tahulah orang), yakni ketika itu tahulah setiap orang, baik yg saleh maupun yg durhaka. "Maa ahdlarot" (akan apa2 yg telah diperbuatnya), yakni thdp kebaikan dan keburukan yg telah diperbuatnya.

فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ ۞
(81:15) "Fa laa uqsimu bil khunnaas" (maka sungguh Aku Bersumpah dgn bintang2), yakni bintang2 yg tersembunyi di siang hari dan tampak di malam hari.

الْجَوَارِ الْكُنَّسِ ۞
(81:16) "Al-jawaaril kunnaas" (yg beredar dan terbenam), yakni yg beredar di malam hari menuju galaksi dan terbenam di siang hari, kemudian kembali ke tempatnya dan terbenam. Yg dimaksud adalah bintang yg lima, yaitu: Zahroh, Zuhal, Murayyikh, Mustariyy, dan Uthorid.

وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ ۞
(81:17) "Wal laili idzaa 'as'as" (demi malam bila telah hampir meninggalkan gelapnya), yakni bila berlalu.

وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ ۞
(81:18) "Wash shubhi idzaa tanaffas" (dan {demi} subuh bila berangsur terang), yakni bila datang lalu menjadi terang. Alloh Ta'ala Bersumpah dgn semua itu.

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ۞
(81:19) "Innahuu" (sesungguhnya ia), yakni al-Quran. "La qoulu rosuuling kariim" (benar2 merupakan firman {yg diturunkan melalui} utusan yg mulia), yakni Allah Ta'ala Menurunkan Jibril a.s. untuk membawanya kpd rosul yg mulia dalam Pandangan Alloh Ta'ala, yaitu Nabi Muhammad saw..

ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ ۞
(81:20) "Dzii quwwatin" (yg mempunyai kekuatan), yakni Jibril a.s. mempunyai kekuatan untuk menghadapi musuh-musuhnya. " 'Inda dzil 'arsyi makiin" (di sisi Pemilik Arasy, dan juga kedudukan tinggi), yakni mempunyai kedudukan dan martabat yg tinggi di sisi Alloh Ta'ala.

مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ ۞
(81:21) "Muthoo'in" (yg dipatuhi), yakni Jibril a.s. itu dipatuhi. "Tsamma" (di sana), yakni di langit ia dipatuhi oleh para malaikat. "Amiin" (serta dipercaya) untuk menyampaikan risalah kpd para Nabi-Nya.

وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ ۞
(81:22) "Wa maa shoohibukum" (dan bukanlah sahabat kalian), yakni bukanlah nabi kalian, Muhammad, hai seluruh kaum Quroisy! "Bi majnuun" (seorang gila) yg tercekik sebagaimana kalian katakan.

وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ ۞
(81:23) "Wa laqod ro-aahu" (dan dia benar-benar telah melihatnya), yakni Nabi Muhammad saw. telah melihat Jibril a.s.. "Bil ufuqil mubiin" (di ufuk yg terang), yakni di tempat terbit matahari yg tinggi.

وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ ۞
(81:24) "Wa maa huwa" (dan dia), yakni Nabi Muhammad saw.. "'Alal ghoibi" (dalam menyampaikan hal2 yg gaib), yakni dalam menyampaikan wahyu. "Bi dloniin" (tidaklah pelit), yakni tidaklah mengada2. Menurut yg lain, tidaklah bakhil.

وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ ۞
(81:25) "Wa maa huwa" (dan bukanlah ia), yakni al-Quran. "Bi qouli syaithoonir rojiim" (merupakan perkataan setan yg terkutuk) karena Azab Alloh Ta'ala, dan bukan pula merupakan perintah dan larangan setan, hai kaum kafirin.

Insya-Alloh Bersambung...
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Senin, September 10, 2012

Tafsir Ibnu Abbas QS. At Takwiir 81:1-10 (29 Ayat)

Tafsir Ibnu Abbas QS. At Takwiir 81:1-10 (29 Ayat)

{Ta'awudz & Basmalah}

إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ ۞
(81:1) "Idzasy syamsu kuwwirot" (bila matahari digulung), seperti digulungnya sorban lalu dilemparkan ke dalam hijab cahaya. Ada yg berpendapat, (bila matahari digulung), yakni telah dijatuhkan. Menurut yg lain, bila cahayanya telah sirna.

وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ ۞
(81:2) " Wa idzan nujuumungkadarot (dan bila bintang-bintang berguguran), yakni berjatuhan menimpa permukaan bumi.

وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ ۞
(81:3) "Wa idzal jibaalu suyyirot" (dan bila gunung-gunung diluluhlantakkan), yakni dihilangkan dari permukaan bumi.

وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ ۞
(81:4) "Wa idzal 'isyaaru" (dan bila unta-unta bunting), yakni unta-unta betina yg bunting. "'Uth-thilat" (diabaikan), yakni diabaikan oleh pemiliknya karena sibuk mengurus diri mereka sendiri.

وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ ۞
(81:5) "Wa idzal wuhuusyu husyirot" (dan bila binatang2 liar dikumpulkan). Menurut satu pendapat, dikumpulkan oleh kematiannya.

وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ ۞
(81:6) "Wa idzal bihaaru sujjirot" (dan bila lautan dijadikan meluap), yakni dibukakan satu sama lain, hingga laut yg asin bercampur dgn laut yg tawar dan menjadi satu lautan. Menurut yg lain, dijadikan api.

وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ ۞
(81:7) "Wa idzan nufuusu zuwwijat" (dan bila roh-roh dipertemukan), yakni disatukan dgn pasangannya. Ada yg berpendapat, disatukan dgn pasangannya: yg Mukmin dgn bidadari2 bermata jelita, yg kafir dgn setan, yg saleh dgn yg saleh, dan yg durhaka dgn yg durhaka.

وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ ۞
(81:8) "Wa idzal mau-uudatu" (dan bila anak perempuan yg dikubur hidup2), yakni yg dibunuh dgn cara dikubur. "Su-ilat" (ditanya), yakni ia bertanya kpd bapaknya.

بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ ۞
(81:9) "Bi ayyi dzambing qutilat" (karena dosa apa ia dibunuh), yakni karena dosa apa engkau membunuhku? Menurut satu pendapat, dan bila si pengubur hidup2 itu ditanya, Karena dosa apa engkau membunuhnya.

وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ ۞
(81:10) "Wa idzash shuhufu" (dan bila lembaran-lembaran), yakni kitab yg berisi catatan segala kebaikan dan keburukan. "Nusyirot" (dibentangkan) untuk dihisab. Menurut yg lain, dibeberkan di atas telapak tangan.

Insya-Alloh Dilanjutkan...
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Mendoakan Keburukan Untuk Orang yang Menzalimi

Mendoakan Keburukan Untuk Orang yang Menzalimi

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Dizalimi dan dianiaya, pasti setiap orang tidak suka. Sehingga saat terzalimi ia akan berbuat apa saja agar terhindar dari kezaliman itu. Jika mampu, ia akan menghentikan kezaliman atas dirinya dengan tenaganya atau lisannya. Namun bagaimana jika ia tidak memiliki kemampuan?

Boleh jadi doa menjadi senjata terakhir baginya. Ia menghaturkan kepada penguasa alam semesta (Allah Subhanahu wa Ta'ala) atas kezaliman yang dialaminya dan meminta kebinasaat untuk orang yang terlah berbuat zalim kepadanya. Dan berdasarkan sabda Rasul-Nya, Allah akan mengabulkan doa orang yang terzalimi.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

"Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang puasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang dizalimi." (HR. Al-Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpesan kepada Mu'ad bin Jabal saat mengutusnya ke Yaman,

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

"Dan takutlah doa orang terzalimi, karena tidak ada hijab (penghalang) antara ia dengan Allah." (Muttafaq 'Alaih)

Status Mendoakan Keburukan Atas Orang Zalim

Pada dasarnya, dibolehkan bagi orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela dirinya salah satu bentuknya adalah dengan mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.

Allah Ta'ala berfirman,

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Nisa': 148)

Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini: "Allah tidak suka seseorang mendoakan keburukan untuk selainnya, kacuali ia dalam keadaan dizalimi. Allah memberikan keringanan baginya untuk mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.dan itu ditunjukkan oleh firman-Nya, "Kecuali oleh orang yang dianiaya." (namun), jika bersabar maka itu lebih baik baginya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat di atas)

Firman Allah yang lain,

وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ

"Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka." (QS. Al-Syuura: 41)

. . . dibolehkan bagi orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela dirinya salah satu bentuknya adalah dengan mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya. . .

Namun, apakah ini yang terbaik baginya? Tidak. Jika ia membalas kepada orang yang menzaliminya dengan doa keburukan, maka ia tidak mendapat apa-apa karena ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan (kepuasan).

Berbeda jika doanya dengan niatan agar orang-orang tidak lagi menderita akibat kejahatannya, maka ia mendapat pahala dengannya. Terlebih jika niatnya untuk menghilangkan kezaliman, menegakkan syariat Allah dan hukum-Nya, maka pahala yang didapatkannya lebih banyak.

Namun, jika ia bersabar, memaafkan, dan membalas keburukan dengan kebaikan maka ia mendapat pahala yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala,

 فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

"Maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (QS. Al-Syuura: 40)

Maksudnya: Allah tidak akan menyia-nyiakan sikapnya itu di sisi-Nya. Tetapi Allah akan memberikan pahala yang besar dan balasan baik yang setimpal. Disebutkan dalam hadits shahih, "Tidaklah Allah menambah kepada hamba melalui maaf yang ia berikan kecuali kemuliaan." (HR. Muslim)

Allah Ta'ala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.  Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS. Fushshilat: 34-35)

Maksud "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik," adalah: apabila ada orang yang berbuat buruk kepadamu baik dengan perkataan atau perbuatan, maka balaslah dengan kebaikan. Jika ia memutus hubungan denganmu, maka sambunglah. Jika ia menzalimimu maka maafkan ia. Jika membicarakan keburukanmu –baik di depan atau di belakangmu- maka jangan engkau balas, tapi maafkan ia dan bebicara kepadanya dengan lemah lembut. Jika ia mengucilkanmu dan tidak mau berbicara denganmu, maka berbicaralah yang baik dan mulailah berilah salam kepadanya.

Tidaklah taufiq Allah ini diberikan kecuali kepada orang-orang yang sabar atas keburukan yang ia dapatkan dan menyikapinya dengan sesuatu yang Allah cinta. Karena sifat dasar manusia –inginnya- membalas keburukan dengan keburukan agar terpuasaan. Ia tidak mau memberikan maaf. Tapi sifat dalam ayat ini sangat istimewa, bukan hanya maaf yang ia berikan, tapi membalas keburukan dengan memberikan kebajikan. Ia sadar bahwa membalas keburukan dengan keburukan tidaklah mendatangkan kebaikan untuk dirinya, khususnya di akhirat. Sementara jika ia berbuat baik kepadanya, kebaikannya itu akan tetap dicatat kebaikan.

Bersikap seperti di atas tidaklah akan merendahkan martabatnya, tetapi sebaliknya, Allah akan meninggikannya dengan akhlak mulia tersebut. Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan akhirat karena mulianya akhlak yang ia tampilkan. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Source: http://m.voa-islam.com/news/tsaqofah/2012/09/06/20493/mendoakan-keburukan-untuk-orang-yang-menzalimi/
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Jumat, Agustus 17, 2012

Al-Quran Tafsir Ibn Abbas al-Muddatstsir 74:32-56

Al-Quran Tafsir Ibn Abbas al-Muddatstsir 74:32-56

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
---------------------------------------------------

كَلَّا وَالْقَمَرِ ۞

(74:32) "Kallaa wal qomar" (sekali-kali tidak! Demi bulan), yakni Allah Ta'ala Bersumpah dengan bulan.

وَاللَّيْلِ إِذَا أَدْبَرَ ۞

(74:33) "Wal laili idzaa adbar" (dan malam manakala telah berlalu), yakni telah pergi.

وَالصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ ۞

(74:34) "Wash shubhi idzaa asfar" (dan subuh manakala mulai terang), yakni manakala datang. Menurut yang lain, manakala bercahaya.

إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ ۞

(74:35) "Innahaa" (sesungguhnya ia), yakni Neraka Saqor. "La ihdal kubar" (benar2 merupakan salah satu yg amat besar), yakni salah satu pintu neraka. Pintu2 neraka itu antara lain: Jahannam, Saqor, Lazho, Huthomah, Sa'ir, Jahim, dan Hawiyah.

نَذِيرًا لِلْبَشَرِ ۞

(74:36) "Nadziiral lil basyar" (sebagai suatu ancaman untuk manusia), yakni suatu ancaman yg telah Kuperingatkan kpd mrk.

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ ۞

(74:37) "Li man syaa-a mingkum ay yataqoddama" ([yaitu] bagi siapa saja di antara kalian yg berkehendak untuk maju) yakni mereka yg melakukan kebaikan seraya beriman. "Au yata-akh-khor" (atau mundur) dari keburukan seraya meninggalkannya. Menurut satu pendapat, "au yata-akh-khor" (atau mundur) dari kebaikan seraya kufur. Dan ini merupakan sebuah ancaman bagi mereka.

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ ۞

(74:38) "Kullu nafsin" (setiap diri) yg kafir. "Bimaa kasabat" (atas apa yg telah diperbuatnya) dalam kekafiran. "Rahiinah" (bertanggung jawab), yakni tergadai selamanya di dalam neraka.

إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ ۞

(74:39) "Illaa ashhaabal yamiin" (kecuali golongan kanan), yakni para penghuni surga. Mereka tidaklah seperti itu, tetapi ....

فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ ۞

(74:40) "Fii jannaatin" (berada di dalam surga), yakni taman-taman. "Yatasaa-aluun" (mereka akan saling tanya).

عَنِ الْمُجْرِمِينَ ۞

(74:41) "'Anil mujrimiin" (tentang orang2 yg berdosa), yakni mrk {para penghuni surga saling bertanya} akan menanyakan perihal para penghuni neraka. Dan mrk akan berkata ....

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ ۞

(74:42) "Maa salakakum" (Apa yg telah menyebabkan kalian masuk), yakni apa yg telah memasukkan kalian. "Fii saqor" (ke dalam Saqor).

قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ ۞

(74:43) "Qooluu" (mrk menjawab), yakni para penghuni neraka menjawab. "Lam naku minal musholliin" (Kami dahulu tidak termasuk orang2 yg sholat), yakni orang2 yg menunaikan sholat lima waktu, yaitu orang2 Muslim.

وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ ۞

(74:44) "Wa lam naku nuth'imul miskiin" (dan tidak pula kami memberi makan org miskin), yakni tidak pula kami menganjurkan untuk bersedekah kpd org miskin. Kami tidak termasuk org yg menunaikan zakat dan sedekah.

وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ ۞

(74:45) "Wa kunnaa nakhuudlu ma'al khoo-idliin" (dan dahulu kami selalu membicarakan [kebatilan] bersama orang2 yg membicarakannya), yakni bersama orang2 batil.

وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ ۞

(74:46) "Wa kunna nukadz-dzibu bi yaumid diin" (dan dahulu kami juga mendustakan hari pembalasan), yakni hari penghisaban, dgn mengatakan bahwa hal itu tidak akan terjadi.

حَتَّىٰ أَتَانَا الْيَقِينُ ۞

(74:47) "Hattaa ataanal yaqiin" (hingga keyakinan datang kepada kami), yakni kematian.

فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ ۞

(74:48) "Fa maa tanfa'uhum" (maka tidaklah akan bermanfaat untuk mrk), yakni tak akan sampai kpd mrk. "Syafaa'atusy syaafi'iin" (syafaat dari para pemberi syafaat), yakni syafaat para malaikat, nabi, dan kaum shalihin.

فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ ۞

(74:49) "Fa maa lahum" (maka mengapa mereka), yakni penduduk Mekah. " 'Anit tadzkiroti" (dari peringatan itu), yakni dari al-Quran. "Mu'ridliin" (berpaling), yakni mendustakannya.

كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ ۞

(74:50) "Ka-annahum humurum mustanfiroh" (seakan-akan mereka adalah keledai2 liar yg lari karena terkejut), yakni keledai2 yg ketakutan.

فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ ۞

(74:51) "Farrot ming qoswaroh" (lari dari singa). Menurut satu pendapat, dari para pemanah. Dan ada pula yg berpendapat, dari sekelompok orang.

بَلْ يُرِيدُ كُلُّ امْرِئٍ مِنْهُمْ أَنْ يُؤْتَىٰ صُحُفًا مُنَشَّرَةً ۞

(74:52) "Bal yuriidu kullumri-im minhum ay yu'taa shuhufam munasy-syaroh" (bahkan setiap orang dari mereka ingin supaya diberikan kepadanya lembaran-lembaran yg terbuka), yakni kitab yg berisi dosa dan tobatnya. Mereka berkata, Berikanlah kepada kami kitab yg berisi dosa dan tobat kami, nanti kami akan beriman kepadamu.

كَلَّا ۖ بَلْ لَا يَخَافُونَ الْآخِرَةَ ۞

(74:53) "Kallaa" (sekali-kali tidak), yakni sungguh, hal itu tidak akan diberikan {permintaan sebagaimana pada ayat 52}. "Bal laa yakhoofuunal aakhiroh" (sebenarnya mereka itu tidak takut kpd akhirat), yakni kpd azab akhirat.

كَلَّا إِنَّهُ تَذْكِرَةٌ ۞

(74:54) "Kallaa" (sekali-kali tidak), yakni sungguh, hai Muhammad! "Innahaa" (sesungguhnya ia itu), yakni al-Quran. "Tadzkiroh" (merupakan sebuah peringatan), yakni merupakan sebuah pelajaran dari Alloh-Ta'ala.

فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ ۞

(74:55) "Fa man syaa-a dzakaroh" (maka barangsiapa yg menghendaki, niscaya ia mengambil pelajaran darinya), yakni barangsiapa yg Dikehendaki Alloh-Ta'ala mau mengambil pelajaran dari al-Quran, niscaya ia akan mengambilnya.

وَمَا يَذْكُرُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ هُوَ أَهْلُ التَّقْوَىٰ وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ ۞

(74:56) "Wa maa yadzkuruuna" (dan tiadalah mereka akan mengambil pelajaran), yakni tiadalah mrk akan mengambil nasihat. "Illaa ay yasyaa-allooh, huwa ahlut taqwaa" (kecuali Alloh Menghendakinya. Dia-lah {Alloh} yg sepatutnyalah {kita} bertakwa kpd-Nya), yakni yg semestinya ditakuti, dan tidak didurhakai. "Wa ahlul maghfiroh" (dan yg berhak memberi ampunan), yakni ampunan kpd siapa pun yg bertakwa dan bertobat, ketika kiamat telah terjadi.

[Tafsir: Ibn Abbas, AlKalam Soft-Penerbit Diponegoro Bandung, Text Arabic: Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------