Jumat, Agustus 17, 2012

Al-Quran Tafsir Ibn Abbas al-Muddatstsir 74:32-56

Al-Quran Tafsir Ibn Abbas al-Muddatstsir 74:32-56

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
---------------------------------------------------

كَلَّا وَالْقَمَرِ ۞

(74:32) "Kallaa wal qomar" (sekali-kali tidak! Demi bulan), yakni Allah Ta'ala Bersumpah dengan bulan.

وَاللَّيْلِ إِذَا أَدْبَرَ ۞

(74:33) "Wal laili idzaa adbar" (dan malam manakala telah berlalu), yakni telah pergi.

وَالصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ ۞

(74:34) "Wash shubhi idzaa asfar" (dan subuh manakala mulai terang), yakni manakala datang. Menurut yang lain, manakala bercahaya.

إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ ۞

(74:35) "Innahaa" (sesungguhnya ia), yakni Neraka Saqor. "La ihdal kubar" (benar2 merupakan salah satu yg amat besar), yakni salah satu pintu neraka. Pintu2 neraka itu antara lain: Jahannam, Saqor, Lazho, Huthomah, Sa'ir, Jahim, dan Hawiyah.

نَذِيرًا لِلْبَشَرِ ۞

(74:36) "Nadziiral lil basyar" (sebagai suatu ancaman untuk manusia), yakni suatu ancaman yg telah Kuperingatkan kpd mrk.

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ ۞

(74:37) "Li man syaa-a mingkum ay yataqoddama" ([yaitu] bagi siapa saja di antara kalian yg berkehendak untuk maju) yakni mereka yg melakukan kebaikan seraya beriman. "Au yata-akh-khor" (atau mundur) dari keburukan seraya meninggalkannya. Menurut satu pendapat, "au yata-akh-khor" (atau mundur) dari kebaikan seraya kufur. Dan ini merupakan sebuah ancaman bagi mereka.

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ ۞

(74:38) "Kullu nafsin" (setiap diri) yg kafir. "Bimaa kasabat" (atas apa yg telah diperbuatnya) dalam kekafiran. "Rahiinah" (bertanggung jawab), yakni tergadai selamanya di dalam neraka.

إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ ۞

(74:39) "Illaa ashhaabal yamiin" (kecuali golongan kanan), yakni para penghuni surga. Mereka tidaklah seperti itu, tetapi ....

فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ ۞

(74:40) "Fii jannaatin" (berada di dalam surga), yakni taman-taman. "Yatasaa-aluun" (mereka akan saling tanya).

عَنِ الْمُجْرِمِينَ ۞

(74:41) "'Anil mujrimiin" (tentang orang2 yg berdosa), yakni mrk {para penghuni surga saling bertanya} akan menanyakan perihal para penghuni neraka. Dan mrk akan berkata ....

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ ۞

(74:42) "Maa salakakum" (Apa yg telah menyebabkan kalian masuk), yakni apa yg telah memasukkan kalian. "Fii saqor" (ke dalam Saqor).

قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ ۞

(74:43) "Qooluu" (mrk menjawab), yakni para penghuni neraka menjawab. "Lam naku minal musholliin" (Kami dahulu tidak termasuk orang2 yg sholat), yakni orang2 yg menunaikan sholat lima waktu, yaitu orang2 Muslim.

وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ ۞

(74:44) "Wa lam naku nuth'imul miskiin" (dan tidak pula kami memberi makan org miskin), yakni tidak pula kami menganjurkan untuk bersedekah kpd org miskin. Kami tidak termasuk org yg menunaikan zakat dan sedekah.

وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ ۞

(74:45) "Wa kunnaa nakhuudlu ma'al khoo-idliin" (dan dahulu kami selalu membicarakan [kebatilan] bersama orang2 yg membicarakannya), yakni bersama orang2 batil.

وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ ۞

(74:46) "Wa kunna nukadz-dzibu bi yaumid diin" (dan dahulu kami juga mendustakan hari pembalasan), yakni hari penghisaban, dgn mengatakan bahwa hal itu tidak akan terjadi.

حَتَّىٰ أَتَانَا الْيَقِينُ ۞

(74:47) "Hattaa ataanal yaqiin" (hingga keyakinan datang kepada kami), yakni kematian.

فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ ۞

(74:48) "Fa maa tanfa'uhum" (maka tidaklah akan bermanfaat untuk mrk), yakni tak akan sampai kpd mrk. "Syafaa'atusy syaafi'iin" (syafaat dari para pemberi syafaat), yakni syafaat para malaikat, nabi, dan kaum shalihin.

فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ ۞

(74:49) "Fa maa lahum" (maka mengapa mereka), yakni penduduk Mekah. " 'Anit tadzkiroti" (dari peringatan itu), yakni dari al-Quran. "Mu'ridliin" (berpaling), yakni mendustakannya.

كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ ۞

(74:50) "Ka-annahum humurum mustanfiroh" (seakan-akan mereka adalah keledai2 liar yg lari karena terkejut), yakni keledai2 yg ketakutan.

فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ ۞

(74:51) "Farrot ming qoswaroh" (lari dari singa). Menurut satu pendapat, dari para pemanah. Dan ada pula yg berpendapat, dari sekelompok orang.

بَلْ يُرِيدُ كُلُّ امْرِئٍ مِنْهُمْ أَنْ يُؤْتَىٰ صُحُفًا مُنَشَّرَةً ۞

(74:52) "Bal yuriidu kullumri-im minhum ay yu'taa shuhufam munasy-syaroh" (bahkan setiap orang dari mereka ingin supaya diberikan kepadanya lembaran-lembaran yg terbuka), yakni kitab yg berisi dosa dan tobatnya. Mereka berkata, Berikanlah kepada kami kitab yg berisi dosa dan tobat kami, nanti kami akan beriman kepadamu.

كَلَّا ۖ بَلْ لَا يَخَافُونَ الْآخِرَةَ ۞

(74:53) "Kallaa" (sekali-kali tidak), yakni sungguh, hal itu tidak akan diberikan {permintaan sebagaimana pada ayat 52}. "Bal laa yakhoofuunal aakhiroh" (sebenarnya mereka itu tidak takut kpd akhirat), yakni kpd azab akhirat.

كَلَّا إِنَّهُ تَذْكِرَةٌ ۞

(74:54) "Kallaa" (sekali-kali tidak), yakni sungguh, hai Muhammad! "Innahaa" (sesungguhnya ia itu), yakni al-Quran. "Tadzkiroh" (merupakan sebuah peringatan), yakni merupakan sebuah pelajaran dari Alloh-Ta'ala.

فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ ۞

(74:55) "Fa man syaa-a dzakaroh" (maka barangsiapa yg menghendaki, niscaya ia mengambil pelajaran darinya), yakni barangsiapa yg Dikehendaki Alloh-Ta'ala mau mengambil pelajaran dari al-Quran, niscaya ia akan mengambilnya.

وَمَا يَذْكُرُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ هُوَ أَهْلُ التَّقْوَىٰ وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ ۞

(74:56) "Wa maa yadzkuruuna" (dan tiadalah mereka akan mengambil pelajaran), yakni tiadalah mrk akan mengambil nasihat. "Illaa ay yasyaa-allooh, huwa ahlut taqwaa" (kecuali Alloh Menghendakinya. Dia-lah {Alloh} yg sepatutnyalah {kita} bertakwa kpd-Nya), yakni yg semestinya ditakuti, dan tidak didurhakai. "Wa ahlul maghfiroh" (dan yg berhak memberi ampunan), yakni ampunan kpd siapa pun yg bertakwa dan bertobat, ketika kiamat telah terjadi.

[Tafsir: Ibn Abbas, AlKalam Soft-Penerbit Diponegoro Bandung, Text Arabic: Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Rabu, Agustus 15, 2012

Apakah Onani Membatalkan Puasa…?

Apakah Onani Membatalkan Puasa…?

Pertama:
Asal dari perkara ibadah (yang dilakukan) adalah sah, dan penetapan atas pembatalannya membutuhkan dalil. Berdasarkan atas hal ini, dituntut bagi orang yang mendakwakan batalnya (ibadah tersebut) untuk membawakan dalil. Di sini, tidak ada dalil shahih dan sharih yang menyatakan batalnya puasa akibat onani.

Kedua:
Penyamaan onani dengan jima' adalah penyamaan secara qiyas, dan itu merupakan qiyasfaasid ditinjau dari dua sisi :

1. Tidak sahnya 'illat.

Orang yang mengqiyaskan onani dengan jima' meninjaunya dari dua hal berikut :

a. Kesenangan/kenikmatan (al-ladzdzah -atau syahwat)

Jawab : Kenikmatan dalam jima' itu lebih kuat dan lebih jelas dibandingkan kenikmatan dalam onani, sedangkan syarat adanya penyamaan (dalam qiyas) adalah keberadaan sifat yang ada dalam cabang (al-far') sebanding dengan pokoknya (al-ashl) atau lebih kuat.

b. Keluarnya mani.

Jawab : Hal ini tidak sah dijadikan 'illat dalam qiyas, karena tidak ada hubungannya dengan sifat yang diqiyaskan. Jima' tanpa disertai keluarnya mani tetap membatalkan puasa berdasarkan ijma'. Seandainya 'illat-nya adalah keluarnya mani,

konsekuensinya : jima' tidaklah membatalkan puasa kecuali jima' yang mengeluarkan mani. Oleh karena itu, selama keluarnya mani dalam jima' tidak dianggap sebagai pembatal puasa, maka tidak sah menjadikannya sebagai 'illatdalam qiyas (terhadap onani).

2. Penempatan onani pada jima' mengkonsekuensikan penetapan hukum-hukum jima' pada onani. Dengan itu dikatakan : Onani itu seperti jima' yang membatalkan puasa dan wajib membayar kaffarah. Akan tetapi kenyataannya, orang yang mengatakan onani membatalkan puasa tidak mewajibkan kaffarah padanya.
Seandainya dikatakan kaffaarah hanya masuk dalam bab celaan, maka onani yang statusnya diharamkan (dalam segala kondisi) lebih layak untuk mengkonsekuensikan kaffaarah dibandingkan jima' yang hanya dilarang pada waktu puasa. Seandainya dikatakan kaffaarah merupakan bentuk celaan dan pemaksaan (untuk melakukannya), maka hukum jima' dan onani hakekatnya satu (sama) dikarenakan pelanggaran kehormatan hari puasa akibat syahwat.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :

يَتْرُكُ طَعَامَهُ، وَشَرَابَهُ، وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي

"….Ia meninggalkan makanannya, minumannya, dan syahwatnya dikarenakan puasanya untuk-Ku…" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1894 & 7492, Muslim no. 1151, Ibnu Maajah no. 1638, Ad-Daarimiy no. 1770, dan yang lainnya dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu].

Hadits ini dijadikan dalil bahwa onani membatalkan puasa. Jika dikatakan bahwa lafadh syahwat dalam hadits ini adalah umum, sehingga dipahami mencakup jima' dan onani, namun mengapa mereka tidak memasukkan bermesra-mesraan dan mencium dengan istri sebagai pembatal puasa (tanpa mengeluarkan mani) ? padahal ia masuk dalam keumuman lafadh tersebut (syahwat).

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، قَالَ: عَنْ شُعْبَةَ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: " كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ، وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ "

Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Harb, ia berkata : Dari Syu'bah, dari Al-Hakam, dari Ibraahiim, dari Al-Aswad, dari 'Aaisyah radliyallaahu 'anhaa, ia berkata : "Nabishallallaahu 'alaihi wa sallam pernah mencium dan bermesraan (dengan istrinya) ketika sedang berpuasa. Dan beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling kuat menahan keinginannya (hawa nafsunya) di antara kalian" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1927].

Dan dengan hadits 'Aaisyah radliyallaahu 'anhu ini dapat diketahui bahwa syahwat yang dimaksudkan dalam hadits sebelumnya adalah jima'.

Ash-Shan'aniy berkata :

الأظهر أنه لا قضاء ولا كفارة إلا على من جامع وإلحاق غير المجامع به بعيد.

"Tapi pendapat yang paling benar adalah tidak perlu qadla' dan tidak perlu kaffarat, kecuali bagi orang yang melakukan jima'. Dan menyamakan sebab lain dengan jima' adalah tidak benar" [Subulus-Salaam oleh Ash-Shan'aniy, 2/226; Daarul-Hadiits, Cet. Thn. 1425].

Wallaahu a'lam bish-shawwaab.
Semoga bahasan sederhana ini bermanfaat.

[Ditulis oleh saudara kami abul-jauzaa' – wonokarto, wonogiri – 30072012].

Sumber: http://fitrahfitri.wordpress.com/2012/08/04/apakah-onani-membatalkan-puasa/
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Minggu, Agustus 12, 2012

Al-Quran Tafsir Ibn Abbas al-Muddatstsir 74:11-31 (of 56)

:: QS. Al Muddatstsir 74:11-31 (of 56) ::
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ۞ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيمِ ۞
---------------------------------------------------

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا ۞

(74:11) "Dzarnii" (biarkanlah Aku), hai Muhammad! "Wa man khalaqtu wahiidaa" (dengan orang yg telah Kuciptakan sendirian), tanpa harta, tanpa anak, dan tanpa pendamping. Hal ini merupakan ancaman Alloh Ta'ala terhadap al-Walid bin al-Mughiroh al-Makhzumi.

وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا ۞

(74:12) "Wa ja'altu lahuu" (dan Aku telah Memberinya) sesudah itu. "Maalam mamduudaa" (kekayaan yg melimpah), yakni harta yg banyak, dari berbagai jenis, dan terus bertambah hingga kekayaannya kira2 berjumlah sembilan ribu mitsqal perak.

وَبَنِينَ شُهُودًا ۞

(74:13) "Wa baniina syuhuudaa" (dan anak-anak yg selalu bersamanya), yakni yg selalu hadir dan tidak pernah jauh darinya. Anak-anak al-Walid berjumlah sepuluh orang.

وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا ۞

(74:14) "Wa mahhadtu lahuu" (dan Aku telah Melapangkan untuk dia) kekayaan yg bertumpuk. "Tamhiidaa" (dgn selapang-lapangnya), spt kuda yg banyak.

ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ ۞

(74:15) "Tsumma yathma'u" (kemudian dia ingin sekali), yakni al-Walid bin al-Mughiroh al-Makhzumi ingin sekali. "An aziid" (supaya Aku Memberi tambahan) pada kekayaannya, padahal dia durhaka dan kafir kepada-Ku.

كَلَّا ۖ إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا عَنِيدًا ۞

(74:16) "Kallaa" (sekali-kali tidak), yakni sungguh, Aku tidak akan Memberi dia tambahan. Dan ternyata sesudah itu al-Walid senantiasa mengalami kekurangan harta. "Innahuu" (sesungguhnya dia), yakni al-Walid bin al-Mughirah. "Kaana li aayaatinaa 'aniidaa" (adalah penentang Ayat2 Kami), yakni penentang kitab dan Rosul Kami. Dia menentang, berpaling, dan mendustakan keduanya.
سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا ۞

(74:17) "Sa urhiquhuu sha'uudaa" (kelak Aku akan Membebani dia agar menaiki pendakian yg memayahkan), yakni Aku akan Membebani al-Walid bin al-Mughiroh al-Makhzumi di dalam neraka dgn mendaki sebuah gunung yg lebih licin daripada batu besar. Setiap kali dia meletakkan tangannya, tangannya pun meleleh, kemudian dia kembali spt sedia kala. Ada yg menyatakan, gunung itu lebih licin daripada tembaga. Dia akan ditarik dari depan dan dipukul dari belakang.

إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ ۞

(74:18) "Innahuu" (sesungguhnya dia), yakni al-Walid bin al-Mughirah. "Fakkaro" (telah memikirkan), yakni telah merenungkan di dalam hatinya ttg Nabi Muhammad SAW. "Wa qoddaro" (dan menetapkan) ucapannya. Alhasil, dia menyatakan bahwa beliau SAW adalah seorang tukang sihir.

فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ ۞

(74:19) "Fa qutila" (maka terkutuklah dia), yakni terlaknatlah dia. "Kaifa qoddar" (bagaimana dia menetapkan) ucapannya tentang Nabi Muhammad saw.?

ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ ۞

(74:20) "Tsumma qutila" (sekali lagi terkutuklah dia), yakni kemudian terlaknatlah dia. "Kaifa qoddar" (bagaimana dia menetapkan) ucapannya tentang Nabi Muhammad saw.?

ثُمَّ نَظَرَ ۞
(74:21) "Tsumma nazhor" (kemudian dia merenung) tentang ucapannya itu. Alhasil, dia tetap menyatakan bahwa beliau adalah seorang tukang sihir. Menurut satu pendapat, kemudian dia menatap sahabat2 Nabi saw. yg berkata, Marilah menuju jalan kabaikan, hai Ibnul Mughirah!

ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ ۞

(74:22) "Tsumma 'abasa" (kemudian dia pun bermuka masam), yakni wajahnya bermuram durja. "Wa basar" (dan merengut), yakni mengerutkan dahinya.

ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ ۞

(74:23) "Tsumma adbaro" (kemudian dia berpaling) dari shahabat2 Nabi Muhammad saw. menuju keluarganya. "Wastakbar" (dan menyombongkan diri), yakni merasa sombong untuk beriman dan merespons ajakan mereka.

فَقَالَ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ ۞

(74:24) "Fa qoola in haadzaa" (lalu dia berkata, Ini tidak lain), yakni apa yg dikatakan Muhammad saw., tidak lain .... "Illaa sihruy yu'tsar" (hanyalah sihir yg dipelajari), yakni sihir yg dipelajari dan dia terima dari Musailamah al-Kadzdzab yg berada di Yamamah. Menurut satu pendapat, sihir yg dipelajari dan diterima dari Jabr dan Yasar.

إِنْ هَٰذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ ۞

(74:25) "In haadzaa" (ini tidak lain), yakni apa yg dikatakan Muhammad saw., tidak lain .... "Illaa qoulul basyar" (hanyalah perkataan manusia), yakni perkataan Jabr dan Yasar.

سَأُصْلِيهِ سَقَرَ ۞

(74:26) "Sa ushliihi" (kelah Aku akan Memasukkannya), yakni kelak di akhirat, Aku akan Memasukkan al-Walid bin al-Mughirah. "Saqor" (ke dalam Saqor), yaitu pintu keempat dari neraka.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ ۞

(74:27) "Wa maa adrooka" (dan tahukah kamu), hai Muhammad! "Maa saqor" (apakah Saqor itu?).

لَا تُبْقِي وَلَا تَذَرُ ۞

(74:28) "Laa tubqii" (Saqor tidak menyisakan) daging mereka. Semua dilalapnya. "Wa laa tadzar" (dan tidak membiarkan), yakni manakala mereka dikembalikan sebagai makhluk baru, Saqor akan kembali melalapnya, yakni menghanguskan tubuh mereka.

لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ ۞

(74:29) "Lawwaahatul lil basyar" (membakar kulit manusia), yakni manakala mereka dikembalikan sebagai makhluk baru, Neraka Saqor akan kembali melalapnya, yakni menghanguskan tubuh mereka.

عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ ۞

(74:30) "'Alaihaa" (di atasnya), yakni di atas neraka Saqor itu. "Tis'ata 'asyar" (ada sembilan belas) malaikat penjaga neraka.

۞ وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً ۙ وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ۙ
...
(74:31) "Wa maa ja'alnaa ash-haaban naari" (dan tidaklah Kami Menjadikan para penjaga neraka), yakni tidaklah Kami Menugaskan para penjaga neraka. "Illaa malaa-ikatan" (melainkan dari kalangan malaikat) Zabaniyah. "Wa maa ja'alnaa 'iddatahum" (dan tidaklah Kami Menjadikan jumlah mereka), yakni tidaklah Kami Menyebutkan sedikitnya jumlah para penjaga. "Illaa fitnatan" (melainkan sebagai cobaan), yakni sebagai ujian. "Lil ladziina kafaruu" (bagi orang-orang kafir), yakni kaum kafir Mekah, yaitu Abul Asyad bin Usaid bin Kaldah yang pernah berkata, Aku sanggup menghadapi tujuh belas malaikat untuk kalian. Sembilan di punggungku dan delapan di dadaku. Kalian hanya tinggal menghadapi dua malaikat lagi. "Li yastaiqinal ladziina uutul kitaaba" (supaya orang yg telah diberi kitab menjadi yakin), yakni orang yg telah dianugerahi kitab Taurat, yaitu 'Abdullah bin Salam dan teman2nya. Sebab, sebanyak itulah jumlah para penjaga neraka menurut kitab mereka. "Wa yazdaadal ladziina aamanuu iimaanan" (dan supaya orang2 yg beriman bertambah iman), yakni bertambah yakin. Sebab, mereka mengetahui bahwa isi kitab Kami sama dgn isi Taurat.

.... وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ ۙ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ....
"Wa laa yartaabal ladziina uutul kitaaba" (dan supaya tidak ragu orang2 yg telah diberi Kitab), yakni supaya tidak bimbang orang2 yg telah dianu gerahi kitab Taurat, yaitu 'Abdullah bin Salam dan teman2nya, sebab tidak ada pertentangan dalam isi kitab mereka, Taurat. "Wal mu'minuuna" (dan kaum Mukminin) juga, sebab tidak ada pertentangan dalam isi Taurat. "Wa li yaquulal ladziina fii quluubihim marodlun" (serta supaya berkata orang2 yg di dalam hatinya ada penyakit), yakni ada kebimbangan dan kemunafikan. "Wal kaafiruuna" (dan orang2 kafir), yakni orang2 Yahudi dan Nasrani. "Maadzaa aroodalloohu bi haadzaa matsalaa" (Apa yg Dikehendaki Alloh dgn perumpamaan tersebut), yakni dgn gambaran tsb, sebab hanya sedikit malaikat yg Dia Sebutkan.

.... كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ
وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ ۞

"Kadzaalika" (begitulah), yakni seperti itulah. "Yudlillulloohu may yasyaa-u" (Alloh Menyesatkan siapa saja yg Dikehendaki-Nya), yakni Menyesatkan siapa saja yg pantas disesatkan dengan gambaran tersebut. "Wa yahdii may yasyaa'" (dan Memberikan petunjuk kpd siapa saja yg Dikehendaki-Nya), yakni Memberi petunjuk kpd siapa saja yg pantas mendapat petunjuk dgn gambaran tsb. "Wa maa ya'lamu junuuda robbika" (dan tak ada yg mengetahui Tentara Robb-mu) dari kalangan malaikat. "Illaa huw, wa maa hiya" (kecuali Dia sendiri. Dan tiadalah ia), yakni tiadalah Saqor itu. "Illaa dzikroo lil basyar" (melainkan suatu peringatan untuk manusia), yakni suatu pelajaran yg Aku Peringatkan kpd semua makhluk.
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Jumat, Agustus 10, 2012

Tujuh Tingkatan Zikir

Tujuh Tingkatan Zikir

Imam ash-Shadiq as berkata, "Zikir Lisan itu puja (al-hamd) dan puji (ats-tsana'), Zikir Jiwa (Dzikr al-Nafs) itu kesungguhan (al-juhd) dan kemauan yang keras (al-'ana'), Zikir Ruh itu takut (al-khauf) dan harap (al-raja'), Zikir Kalbu itu pembenaran (al-shidiq) dan pembersihan (ash-shifa'), Zikir Akal itu pengagungan (at-ta'zhim) dan malu (al-haya'), Zikir Ma'rifat itu penyerahan diri (at-taslim) dan rela (ar-ridha'), Zikir Sirr (Dzikr al-Sirr) itu memandang (al-ru-u'yat) dan berjumpa (al-liqa')" 1]
 
TINGKATAN PERTAMA : ZIKIR LISAN

Imam ash-Shadiq as berkata, "Zikir Lisan itu puja (al-hamd) dan puji (ats-tsana'). Pertama-tama yang mesti dilakukan oleh seseorang yang sedang melakukan latihan zikir, adalah membiasakan lidahnya untuk selalu berzikir.

Ia harus senantiasa berzikir tanpa henti di mana pun ia berada dan kapan pun keadaannya. Pada tingkatan ini, zikir diwujudkan oleh lisan dalam bentuk pujaan dan pujian yang ditujukan hanya kepada Allah SwT.

Kata "al-Hamd – segala puji-" yang diucapkan lidahnya muncul dari persaksian atas Karunia Allah kepada sang hamba. Sang hamba mesti bersaksi dan mulai benar-benar menyadari bahwa Dia-lah yang telah melimpahkan semua karunia yang diterimanya. 2] Oleh karena itu, sang hamba mesti selalu mentaati-Nya di mana pun dan kapan pun ia berada.
 
TINGKATAN KEDUA : ZIKIR JIWA (DZIKR AL-NAFS)

Imam al-Shadiq as mengatakan, "Zikir Jiwa itu adalah mewujudkan kesungguhan (al-juhd) dan kemauan yang keras (al-'ana)".
Pada tingkatan Dzikr al-Nafs ini, sang pezikir mesti mulai melatih untuk menguatkan jiwanya dengan kesungguhan dan kemauan yang keras agar selalu terjaga dari alpa dan kelalaian. Nafs sang hamba mesti senatiasa terjaga dalam kondisi zikir dan mengingat-Nya. Dengan kesungguhan dan kemauan yang kuat, sang hamba harus menundukkan nafs (diri) –nya untuk tetap berzikir (baca : ta'at) kepada Tuhannya.

Seseorang yang berpikir bahwa dirinya akan dapat menyingkap rahasia-rahasia dan mencapai Hakikat-Nya tanpa bermujahadah (kesungguhan) maka dia hanyalah berangan-angan. Karena awal perjalanan ruhani itu adalah mujahadah.

Barangsiapa yang tidak memiliki kesungguhan (mujahadah) di jalan-Nya niscaya tidak akan memperoleh Cahaya dari-Nya. 3]

Kehendak dan kesungguhan adalah esensi kemanusiaan dan kriteria kebebasan manusia. Perbedaan derajat manusia adalah sesuai dengan perbedaan tingkat kehendak dan kesungguhan masing-masing manusia. 4]

Dengan kata lain tingkat kemanusiaan (insaniyyah) seseorang dapat diukur dari kuat lemah kesungguhan dan kemauan diri (nafs)-nya untuk tidak lalai dan senantiasa mengingat-Nya di dalam mencapai peringkat-peringkat ruhani di jalan-Nya.

"Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Kami niscaya benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (ihsan)" (QS 29 : 69)
 
TINGKATAN KETIGA : ZIKIR RUH

Imam ash-Shadiq as berkata, "Zikir Ruh itu takut (al-khauf) dan harap (al-raja')".

Tingkatan Zikir Ruh adalah Tingkatan ketika Ruh berzikir kepada-Allah sampai muncul hasil dari zikirnya itu rasa takut kepada Allah Swt yang sedemikian rupa sehingga seorang hamba merasa jika ia datang kepada-Nya dengan kebajikan (birr) dari 2 dunia (jin dan manusia), dia merasa akan tetap dihukum oleh-Nya dan pada saat yang bersamaan muncul pula rasa harap yang sedemikian rupa sehingga jika ia datang ke hadapan-Nya dengan dosa 2 dunia, maka Dia akan tetap mengasihinya (dengan ampunan-Nya) 5]

Sesungguhnya tingkatan (maqam) "khauf dan raja'" ini merupakan tingkatan ruhani yang cukup tinggi. Karena tidak akan muncul rasa takut di dalam hati seseorang melainkan karena kesempurnaan pengetahuannya tentang Tuhan. Al-Qur'an Yang Mulia mengatakan, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang memiliki ilmu" (QS 35 : 28).

Hanya mereka yang memiliki ilmu yang bermanfaatlah yang memperoleh rasa takut kepada Tuhannya Yang Maha Perkasa.
Namun rasa takut tidaklah hanya terungkap di dalam kata-kata atau munajat, tetapi juga mewujud di dalam setiap amal perbuatan dan ibadah-ibadahnya.

Imam Ali as berkata, "Aku heran dengan orang yang (mengaku) takut pada siksa (Neraka) tetapi ia tidak menahan diri (dari dosa). Dan aku heran dengan orang yang mengharapkan ganjaran pahala (tsawaab) namun ia tidak bertaubat dan melakukan amal shalih." 6]

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kedudukkan Tuhannya dan menahan dirinya dari hawa nafsu maka Surga-lah tempat tinggalnya (QS 79 : 40-41)
 
TINGKATAN KEEMPAT : ZIKIR KALBU (DZIKR AL-QALB)

Imam ash-Shadiq as berkata, "Zikir Kalbu itu pembenaran (al-shidiq) dan pembersihan (ash-shifa')". Tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan sebelumnya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saww bersabda, "Janganlah kamu melihat shalat-shalat mereka, puasa-puasa mereka dan banyaknya hajji dan kebaikan mereka, bahkan ibadah malam mereka.

Tetapi hendaklah kamu lihat (sejauh mana) kebenaran kata-kata dan penunaian amanat (mereka)." 7] Jangan sampai kita tertipu karena kita hanya mengandalkan amalan lahiriyah kita (fiqih) namun melupakan amalan batiniyah (akhlaq). Banyak kita lihat orang-orang yang rajin melakukan shalat, berpuasa bahkan pergi hajji berkali-kali ke Baitullah namun ternyata mereka adalah para pendusta, penipu, koruptor dan para pengkhianat bangsa dan agama. (Kita berlindung dari amalan yang seperti itu).

Syahadat yang kita ucapkan di dalam shalat kita, sudah semestinya tidak hanya diucapkan dengan lidah saja, syahadat juga mesti diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Imam Ali as mengatakan di dalam khutbahnya, "Pokok pangkal agama itu adalah mengenal Allah, dan kesempurnaan dari ma'rifat kepada-Nya adalah pembenaran atas-Nya, dan kesempurnaan dari pembenaran atas-Nya adalah meng-Esakan-Nya dan kesempurnaan peng-Esa-an-Nya adalah mengikhlashkan (pengabdian) kepada-Nya, dan kesempurnaan dari pengikhlashan kepada-Nya adalah menafikan semua sifat yang dinisbatkan kepada-Nya." 8]

Zikir Kalbu ini adalah pembenaran atas ke-Esa-an-Nya, yaitu ketika sang pezikir sudah mencapai maqam musyahadah (penyaksian). Sang pezikir menyaksikan dengan mata batinnya akan Wujud-Nya Yang Tunggal sehingga ia pun membenarkan Sang Realitas seraya membersihkan hatinya dari penisbatas sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya.

"Maha Suci Tuhanmu Yang Memiliki Keperkasaan dari apa yang mereka sifatkan (kepada-Nya)" (QS Al-Shâffât 37 : 180)
 
TINGKATAN KELIMA : ZIKIR AKAL (DZIKR AL-AQL)

Imam al-Shadiq as berkata, "Zikir Akal itu pengagungan (at-ta'zhim) dan malu (al-haya')". Agaknya maksud akal di dalam hadits ini bukanlah sekadar akal rasional, namun akal ke'arifan. Di dalam sebuah hadits lainnya, Imam Ali as berkata, "Perumpamaan akal di dalam hati (al-qalb) adalah seperti lampu di tengah-tengah sebuah rumah." 9]

Akal yang berada dalam hati ini hanya bisa bercahaya dan menyinari alam syuhud dan alam ma'nawi jika 'digosok' dan 'dipoles' dengan tadzakkur dan tafakkur.

Cahaya akal ini akan menyingkap tabir-tabir kegelapan yang menutupi diri sang pejalan ruhani dari Al-Haqq sehingga ia dapat menyaksikan Keagungan (al-Jalal)-Nya dan Keindahan(Al-Jamal)-Nya dan terpancarlah rasa pengagungan (ta'zhim) kepada-Nya.
Sebiji mata yang melihat lebih baik ketimbang ratusan tongkat orang buta. Mata dapat membedakan permata dari kerikil (Rumi, Matsnawi VI : 3785)
 
TINGKATAN KEENAM : ZIKIR MA'RIFAT

Imam al-Shadiq as mengatakan, "Zikir Ma'rifat itu penyerahan diri (at-taslim) dan rela (ar-ridha')". Zikir ini lebih tinggi dari Zikir Akal. Setelah tadzakkur dan tafakkur muncullah ma'rifat. Ma'rifat kepada-Nya inilah yang membuatnya terdorong untuk berserah diri secara total (taslim) dan rela atas segala tindakan dan keputusan-Nya atas dirinya.

Imam al-Shadiq as berkata, "Sesungguhnya manusia yang paling mengenal Allah adalah mereka yang ridha akan Qadha (ketentuan) Allah 'Azza wa Jalla." 10]

Di dalam sebuah Hadits Qudsi disebutkan bahwa Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepada Nabi Musa as : "Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan mampu mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai ketimbang sikap ridha dengan Ketentuan (Qadla')–Ku" 11]

Dan melalui penyingkapan–diri-Nya di dalam pancaran cahaya, Dia menunjukkan keterbatasan kemampuan (penglihatan) mata serta kekuatan rasional, menjadikannya melampaui kekuatan (penglihatan) mata Jadi, segala sesuatu memiliki keterbatasan, hanya Tuhan yang memiliki Kesempurnaan Esensi (Ibn 'Arabi, Futuhat al-Makkiyyah II : 632.29)
 
TINGKATAN KETUJUH : ZIKIR SIRR

Imam al-Shadiq as berkata, "Zikir Sirr itu memandang (al-ru-u'yat) dan berjumpa (al-liqa')".

Inilah tingkatan zikir yang paling tinggi! Tapi apakah sebenarnya Sirr itu? Sebagian kaum 'urafa menyebut Sirr (Rahasia) sebagai Habb, yang secara harfiah berarti biji. Sirr atau Habb ini merupakan inti dari Lubb. Dan Lubb ini adalah inti dari Qalb (hati) 12]

Jadi, Sirr adalah bagian yang terdalam dan terhalus dari hati. 13]. Habb atau Sirr inilah tempat bersemayamnya Cinta yang bersifat ruhani. (Hubb)

Adapun Zikir Sirr adalah Zikir yang muncul setelah tahapan Zikir Ma'rifat terlampaui. Jika seorang pezikir telah sepenuhnya berserah diri dan ridha kepada semua Qadla-Nya maka sampailah ia pada tahapan memandang Yang Terkasih setelah berjumpa (liqa')dengan-Nya, yang kemudian Cinta (Mahabbah) pun bersemi.

Imam Ali al-Murtadha as bermunajat: Ya Allah, Tuhanku… Engkaulah yang paling terpaut pada pencinta-Mu Dan yang paling bersedia menolong orang-orang yang bertawakkal kepada-Mu. Engkau melihat, Engkau menguji rahasia-rahasia (saraa-i-rihim) mereka, dan mengetahui apa yang bersemayam dalam kesadaran mereka, dan menyadari sampai ke tingkat penglihatan batin mereka. Akibatnya rahasia-rahasia mereka terbuka bagi-Mu, dan kalbu-kalbu mereka memuji-Mu dalam kerawanan yang sungguh-sungguh. Dalam kesunyian, teman dan pelipur lara mereka adalah dengan berzikir kepada-Mu dan penderitaan, bantuan-Mu adalah pelindung mereka. 14]

Ringkasan Quito R
Catatan kaki :
1] Mustadrak al-Wasail 1 : 401
2] Syaikh Fadlallah Haeri, Takwil Filosofis, Yasin dan Al-Fatihah, hal. 5, Penerbit CV. Rajawali, Cet. I, Mei 1987
3] Al-Qusyairi, Risalah al-Qusyairi, Edisi Terjemahan. Hal. 87, Penerbit Risalah Gusti, Cet. II, Oktober 1997.
4] Imam Khomeini, Empat Puluh Hadits, Bab Jihad an-Nafs, hal. 14, Penerbit Mizan, Cet. II, Th. 1993.
5] Ibid, Bab Takut dan Harap.
6] Muhammad Baqir al-Majilisi, Bihar al-Anwar 77 : 237
7] Bihar al-Anwar 71 : 9
8] Nahjul Balaghah, Khutbah : 1
9] Bihar al-Anwar 1 : 99
10] Mizan al-Hikmah 6 :159
11] Muhyiddin Ibn 'Arabi, Misykat al-Anwar, Hadits ke 20
12] Annemarie Schimmel, Mystical Dimension of Islam, h. 60, Catatan Kaki dari Dr. Sara Sviri di dalam bukunya "Demikianlah Kaum Sufi Berbicara" hal. 21.
13] Al-Qusyairi, Risalah Qusyairiyah, hal. 76.
14] Syarif Radhi, Nahjul Balaghah, Khutbah Imam Ali as no. 227, hal. 349

Sumber: http://m.facebook.com/note.php?note_id=161226110558402
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Minggu, Agustus 05, 2012

Al-Quran Tafsir Jalalain Al Muddatstsir 1-7

Tafsir Jalalain al-Qur'an Surah Al Muddatstsir

"Hai orang yang berselimut!" yakni Nabi saw. Bentuk asal lafal al-muddatstsir ialah "al-mutadatstsir", kemudian huruf "ta" diidgamkan kepada huruf "dal" sehingga jadilah "al-Muddatstsir", artinya orang yang menyelimuti dirinya dengan pakaiannya sewaktu wahyu turun kepadanya.

Perincian peristiwa turunnya surah ini diterangkan Rasulullah SAW sebagai berikut;

Setelah sebulan lamanya aku berada di gua Hira' (untuk ber tahannus mencari kebenaran) dan aku bermaksud hendak meninggalkannya, tiba-tiba terdengar suara memanggilku. Aku lihat ke kiri dan ke kanan, namun aku tidak melihat apa-apa Kemudian ke belakang tetapi tidak aku lihat sesuatupun.

Lalu aku tengadahkan kepalaku ke atas, tiba-tiba aku menangkap bayangan dari malaikat (Jibril) yg sedang duduk di kursi antara langit dan bumi. Malaikat itu sedang berdoa kepada Alloh.

Aku begitu takut dan segera meninggalkan gua Hira'. Karena itu aku buru-buru pulang dan segera menemui Khadijah dan mengatakan: "Dassiruni dassiruni" kemulkan aku, kemulkan aku, hai Khadijah dan tolong basahi tubuhku dengan air dingin". Khadijah memenuhi permintaanku. Ketika aku tertidur berkemul kain yg menutupi seluruh tubuh, turunlah ayat, "Hai orang yang berkemul, bangunlah lalu berilah peringatan... dan ... perbuatan dosa tinggalkanlah".

Nabi Muhammad SAW sedang berkemul dengan selimut karena diliputi perasaan takut melihat rupa malaikat Jibril turunlah wahyu yang pertama kali, yg memerintahkan agar segera bangun dan memperingatkan umat yang masih sesat itu supaya mereka mengenal jalan yang benar.

Perkataan "qum" (bangunlah) menunjukkan bahwa seorang Rasul harus rajin, ulet dan tidak mengenal putus asa karena ejekan orang yang tidak senang menerima seruannya. Rasul tidak boleh malas dan berpangku tangan. Begitulah beliau semenjak turunnya ayat ini tidak pernah berhenti melakukan tugas dakwah. Hal itu dilakukan sepanjang hidup beliau dengan berbagai macam kegiatan yang berguna bagi kepentingan umat dan penyiaran agama Islam.

Adapun peringatan-peringatan yang disampaikan beliau kepada penduduk Mekah yang masih musyrik pada waktu itu, berupa peringatan betapa kerasnya siksaan Allah di Hari Kiamat kelak. Demi menyelamatkan diri dari azab tersebut hendaklah manusia mengenal Allah dan patuh mengikuti perintah Rasulullah SAW.

Syaikhain (Bukhari dan Muslim) mengetengahkan sebuah hadis melalui Jabir r.a. yang menceritakan, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, "Aku telah menyepi di dalam gua Hira selama satu bulan. Setelah aku merasa cukup tinggal di dalamnya selama itu, aku turun dan beristirahat di suatu lembah. Tiba-tiba ada suara yang memanggilku, akan tetapi aku tiada melihat seseorang pun. Lalu aku mengangkat muka ke langit, tiba-tiba aku melihat malaikat yang mendatangiku di gua Hira menampakkan dirinya. Lalu aku kembali ke rumah dan langsung mengatakan, 'Selimuti aku!' Maka Allah menurunkan firman-Nya, 'Hai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan!'" (Q.S. Al Muddatstsir, 1-2)

Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang lemah melalui Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Walid bin Mughirah mengundang orang-orang Quraisy untuk makan bersama di rumahnya. Setelah mereka selesai makan, Walid berkata,

"Bagaimana menurut pendapat kalian tentang lelaki itu (yakni Muhammad)?" Sebagian di antara mereka ada yang mengatakan, "Dia adalah tukang sihir." Sebagian lainnya mengatakan, "Dia bukan tukang sihir." Sebagian lagi di antara mereka ada yang mengatakan, "Dia adalah tukang tenung." Sebagian yang lain lagi mengatakan, "Dia bukan tukang tenung." Sebagian di antara mereka ada pula yang mengatakan, "Dia adalah penyair." Sebagian yang lainnya lagi mengatakan, "Dia bukan penyair." Sebagian yang lainnya lagi ada yang mengatakan, "Alquran yang dikatakannya itu adalah sihir yang ia pelajari sebelumnya."

Akhirnya berita tersebut sampai kepada Nabi saw. maka Nabi saw. menjadi sedih karenanya, lalu ia menyelimuti seluruh tubuhnya. Pada saat itulah Allah menurunkan firman-Nya, "Hai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan!" (Q.S. Al Muddatstsir, 1-2) sampai dengan firman-Nya, "Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah!." (Q.S. Al Muddatstsir, 7)

"Wa Robbaka fakabbir" (ayat 3). Ayat ini memerintahkan agar Nabi Muhammad SAW mengagungkan Alloh dengan bertakbir dan menyerahkan segala urusan kepada kehendak-Nya saja. Jangan mencari pertolongan selain kepada-Nya.

Membesarkan Allah dengan segenap jiwa dan raga tentu menumbuhkan kepribadian yang tangguh dan tak mudah tergoyahkan, sebab manusia yang beriman memandang bahwa tidak ada yang ditakuti selain Allah saja. Sikap ini perlu dihayati oleh seseorang dai (juru dakwah) yang tugasnya sehari-hari mengajak manusia ke jalan Allah.

Takbir (membaca Allahu Akbar ) memang luas artinya bagi orang yang tahu dan menyadari maknanya. Ayat ini juga mengandung arti bahwa Nabi Muhammad SAW diperintahkan supaya bertakbir yaitu membesarkan nama Tuhan-Nya melebihi dari segala sesuatu yang ada. Sebab setelah manusia mengenal pencipta alam dan dirinya sendiri dan yakin bahwa pencipta itu memang ada, maka hendaklah dia membersihkan zat-Nya dari segala tandingan-Nya. Bila tidak demikian, orang musyrikpun mengagungkan nama tuhan mereka, akan tetapi keagungan yang berserikat dengan zat-zat lain.

Ringkasnya membesarkan Allah berarti mengagungkan-Nya dalam ucapan dan perbuatan. Menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya saja, beribadah dan membersihkan zat-Nya dari segala yang mempersekutukan-Nya dan kepada-Nya lah tempat menggantungkan harapan. Kalau dipenuhi unsur-unsur yang demikian dalam cara membesarkan Allah, barulah sempurna penghayatan iman bagi seorang mukmin.

"dan pakaianmu bersihkanlah," (74:4)

Dalam ayat ini Alloh memerintahkan Nabi Muhammad SAW supaya membersihkan pakaian. Makna membersihkan pakaian menurut sebagian ahli tafsir adalah

a. Membersihkan pakaian dari segala najis dan kotoran, karena bersuci dgn maksud beribadah wajib hukumnya, dan selain beribadah sunah hukumnya. Ketika sahabat Ibnu `Abbas ditanya orang tentang maksud ayat ini, beliau menjawab bahwa, firman Alloh tsb berarti larangan memakai pakaian untuk perbuatan dosa dan penipuan. Jadi menyucikan pakaian dari najis dan kotoran. Dan pengertian yg lebih luas lagi, yakni membersihkan tempat tinggal dan lingkungan hidup dari segala bentuk kotoran, sampah dan lain-lain, sebab dalam pakaian dan tubuh serta lingkungan yg kotor banyak tdp dosa. Sebaliknya dengan membersihkan badan, tempat tinggal dan lain-lain berarti berusaha menjauhkan diri dari dosa. Demikianlah para ulama Syafi'iyah mewajibkan membersihkan pakaian dari najis bagi orang yg hendak salat. Begitulah Islam mengharuskan para pengikutnya selalu hidup bersih, karena kebersihan jasmani mengangkat manusia kpd akhlak yg mulia.

b. Membersihkan pakaian berarti membersihkan rohani dari segala watak dan sifat2 tercela. Khusus buat Nabi, ayat ini memerintahkan beliau menyucikan nilai-nilai nubuat (kenabian) yg dipikulnya dari segala yg mengotorkannya (dengki, sempit dada, pemarah dan lain2). Pengertian kedua ini bersifat kiasan (majazi), dan memang dalam bahasa Arab terkadang2 menyindir orang yg tidak menepati janji dgn memakai perkataan, "Dia suka mengotorkan baju (pakaian)-Nya". Dan kalau orang yg suka menepati janji selalu dipuji dgn ucapan, "Dia suka membersihkan baju (pakaian)-Nya".

Ringkasnya ayat ini memerintahkan agar membersihkan diri, pakaian dan lingkungan dari segala najis, kotoran, sampah dan lain-lain. Di samping itu juga berarti perintah memelihara kesucian dan kehormatan pribadi dari segala perangai yg tercela.

"dan perbuatan dosa tinggalkanlah," (QS. 74:5)

Dalam ayat ini Nabi Muhammad SAW diperintahkan supaya meninggalkan perbuatan dosa spt menyembah berhala. 'Rujza' sendiri berarti siksaan, dan dalam hal ini yg dimaksudkan ialah perintah menjauhkan segala sebab yg mendatangkan siksaan itu, yakni perbuatan maksiat termasuk yg dilarang oleh ayat ini ialah mengerjakan segala macam perbuatan yg menyebabkan perbuatan maksiat.

Membersihkan diri dari dosa adalah suatu kewajiban terutama bagi seorang dai, sebab kalau diri sang dai sendiri diketahui cacat dan aibnya oleh masyarakat, sulitlah perkataan dan nasihatnya diterima orang. Bahkan mubalig yg pandai memelihara diri sekalipun pasti menghadapi dua bentuk tantangan, yakni:

a. Boleh jadi orang yg diajak dan diserunya ke jalan Allah akan menepuk dada, memperlihatkan kesombongannya, sehingga merasa tidak butuh lagi dgn nasihat. Dengan kekayaan, ilmu pengetahuan atau jabatan tinggi yang dimilikinya, ia merasa tak perlu lagi diajak ke jalan Allah.

b. Mungkin pula sang dai dimusuhi oleh penguasa dan yg tidak senang kepadanya. Sang dai akan diusir, disiksa, diperkosa hak-haknya, diintimidasi, dilarang atau dihalang-halangi menyampaikan dakwah dan menegakkan yg hak. Semuanya itu merupakan akibat yg harus dihadapi bagi siapa saja yg berjihad di jalan Allah. Dan memelihara diri dari segala tindakan dan perkataan yg melunturkan nama baik di mata masyarakat adalah sebagian dari ikhtiar dalam rangka mencapai sukses dakwah yg diharapkan.

"dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yg lebih banyak" (QS. 74:6)

Dalam ayat ini Nabi Muhammad SAW dilarang memberi dgn maksud memperoleh yg lebih banyak. Artinya janganlah mengharap dgn usaha dan ikhtiar mengajak manusia ke jalan Alloh, dgn ilmu dan risalah yg beliau sampaikan kpd mereka dgn maksud memperoleh ganjaran atau upah yg lebih besar dari mereka. Tegasnya jangan menjadikan dakwah sebagai obyek bisnis yg mendatangkan keuntungan duniawi.
Bagi seorang Nabi lebih ditekankan lagi agar tidak mengharapkan upah sama sekali dalam berdakwah, guna memelihara keluhuran martabat kenabian yg dipikulnya

"Dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak" lafal "Tastaktsiru" dibaca Rafa' berkedudukan sebagai 'Haal' atau kata keterangan keadaan. Maksudnya, janganlah kamu memberi sesuatu dgn tujuan untuk memperoleh balasan yg lebih banyak dari apa yg telah kamu berikan. Hal ini khusus berlaku hanya bagi Nabi saw. karena sesungguhnya dia diperintahkan untuk mengerjakan akhlak2 yg paling mulia dan pekerti yg paling baik.

"Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah." (QS. 74:7)

Ayat ini memerintahkan supaya Nabi Muhammad SAW bersikap sabar, karena dalam berbuat taat itu pasti banyak rintangan dan cobaan yg dihadapi. Apalagi ketika berjihad hendak menyampaikan risalah Islamiyah. Sabar dalam ayat ini juga berarti tabah menderita karena disiksa atau disakiti karena apa yg disampaikan itu tidak disenangi orang. Bagi seorang dai ayat ini berarti bahwa ia dapat menahan diri dan menekan perasaan ketika misinya tidak diterima orang, ketika kebenaran yg diserukannya tidak dipedulikan orang. Janganlah putus asa, sebab tiada perjuangan yg berhasil tanpa pengorbanan. sebagaimana perjuangan yg telah dialami para Nabi dan Rasul.

Ada beberapa bentuk sabar yang ditafsirkan dari ayat di atas, misalnya: Sabar dalam melakukan perbuatan taat, sehingga tekun tidak dihinggapi kebosanan; sabar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, menghadapi musuh, sabar ketika menghadapi cobaan dan ketetapan (qadar) Alloh, dan sabar menghadapi kemewahan hidup di dunia. Dengan sikap sabar dan tabah itulah sesuatu perjuangan dijamin akan berhasil, seperti yg diperlihatkan oleh junjungan kita Muhammad SAW.

---------------------------------------------------
ASBABUN NUZUL

Imam Thobroni mengetengahkan sebuah hadis dgn sanad yg lemah melalui Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Walid bin Mughiroh mengundang orang2 Quraisy untuk makan bersama di rumahnya. Setelah mereka selesai makan, Walid berkata, "Bagaimana menurut pendapat kalian tentang lelaki itu (yakni Muhammad)?" Sebagian di antara mereka ada yang mengatakan, "Dia adalah tukang sihir." Sebagian lainnya mengatakan, "Dia bukan tukang sihir." Sebagian lagi di antara mereka ada yg mengatakan, "Dia adalah tukang tenung." Sebagian yang lain lagi mengatakan, "Dia bukan tukang tenung." Sebagian di antara mereka ada pula yg mengatakan, "Dia adalah penyair." Sebagian yang lainnya lagi mengatakan, "Dia bukan penyair." Sebagian yang lainnya lagi ada yg mengatakan, "Alquran yang dikatakannya itu adalah sihir yang ia pelajari sebelumnya." Akhirnya berita tersebut sampai kepada Nabi saw. maka Nabi saw. menjadi sedih karenanya, lalu ia menyelimuti seluruh tubuhnya. Pada saat itulah Allah menurunkan firman-Nya, "Hai orang yg berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan!" (Q.S. Al Muddatstsir, 1-2) sampai dengan firman-Nya, "Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah!." (Q.S. Al Muddatstsir, 7)

"Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah" (QS. 74:7)

Imam Hakim di dalam Kitab Sahih mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. bahwasanya pd suatu hari Walid bin Mughirah datang kpd Nabi saw., lalu Nabi saw. membacakan kepadanya Al-Qur'an. Seolah-olah Walid luluh hatinya mendengar bacaan itu. Hal ini terdengar oleh Abu Jahal, maka dgn segera Abu Jahal mendatangi Walid dan langsung berkata kepadanya, "Hai paman! Sesungguhnya kaummu bermaksud menghimpun harta atau dana untuk kamu berikan kepada Muhammad dan sesungguhnya kamu telah mendatangi Muhammad untuk menawarkannya." Walid menjawab, "Sesungguhnya orang2 Quraisy telah mengetahui, bahwa aku adalah orang yg paling banyak hartanya di antara mereka." Abu Jahal berkata, "Kalau begitu, katakanlah sehubungan dgn Muhammad ini, suatu perkataan yg sampai kpd kaummu, bahwasanya kamu benar2 ingkar kepadanya dan bahwa kamu benci kepadanya." Walid menjawab, "Apakah yang harus kukatakan, demi Allah tiada seorang pun di antara kalian yg lebih mengetahui tentang syair selain aku dan tidak pula tentang rojaz dan tidak pula tentang qoshidah selain dari aku dan tidak pula tentang syair2 jin. Demi Allah apa yg telah dikatakannya itu tiada sedikit pun kemiripannya dgn hal2 tsb. Demi Allah! Sesungguhnya di dalam perkataannya itu benar2 terkandung keindahan yg memukau dan sesungguhnya apa yg dia katakan itu bercahaya pada bagian atas dan bagian bawahnya sgt cemerlang. Sesungguhnya apa yg dia katakan itu (yakni Al-Qur'an) benar2 tinggi dan tiada sesuatu pun yg lebih tinggi daripadanya. Sesungguhnya apa yg dia katakan itu benar2 dpt menghancurkan apa yg ada di bawahnya." Abu Jahal mengatakan, "Kaummu pasti tidak akan senang kepadamu sebelum kamu mengatakan hal-hal yang dibuat-buat mengenai dia." Walid berkata, "Kalau begitu, biarlah aku berpikir barang sejenak." Setelah ia berpikir lalu berkata, "Ya, Alquran ini adalah sihir yg ia pelajari dari orang lain". Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya "Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yg Aku telah menciptakannya sendirian." (Q.S. Al Muddatstsir, 11)

Sanad hadis ini berpredikat sahih sesuai dgn syarat Imam Bukhari, artinya disebutkan di dalam kitab sahihnya. Imam Ibnu Jarir dan Imam Ibnu Abu Hatim, keduanya mengetengahkan pula hadis yg serupa, hanya hadis yg diriwayatkannya ini melalui jalur-jalur periwayatan yg lain.

Tautan Luar: http://users6.nofeehost.com/alquranonline/
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

The Secrets: Kesaksian Iblis

The Secrets: Kesaksian Iblis

Edisi ini saya akan berbagi tentang satu hadits panjang yang luar biasa dahsyat maknanya. Saya yakin cukup dengan satu hadits ini jika setiap kita membaca, menyelami dan mengamalkannya dengan baik insya Allah kita akan menjadi mukmin sejati. Tak perlu berpanjang, berikut kutipan lengkapnya.

Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas:

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku." Rasulullah bersabda: "Tahukah kalian siapa yang memanggil?" Kami menjawab: "Allah dan rasulNya yang lebih tahu". Beliau melanjutkan, "Itu iblis, laknat Allah bersamanya".

Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah". Nabi menahannya: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi. Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin",
Rasulullah SAW lalu menjawab: "Salam hanya milik Allah SWT. Sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?" Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa". "Siapa yang memaksamu? " "Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata: Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin".

"Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh".

Orang yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?" Iblis segera menjawab: "Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci."
"Siapa selanjutnya?" tanya Rasulullah.
"Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT."
"Lalu siapa lagi?"
"Orang Alim dan wara' (Loyal)"
"Lalu siapa lagi?"
"Orang yang selalu bersuci."
"Siapa lagi?"
"Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepada orang lain."
"Apa tanda kesabarannya?"
" Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang-orang yang sabar".
"Selanjutnya apa?"
"Orang kaya yang bersyukur"
"Apa tanda kesyukurannya?"
"Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya."
"Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?"
"Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam."
"Umar bin Khattab?"
"Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur."
"Usman bin Affan?"
"Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya."
"Ali bin Abi Thalib?"
" Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. Tetapi ia tak akan mau melakukan itu." (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan yang Dapat Menyakiti Iblis

"Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak saalat?"
"Aku merasa panas dingin dan gemetar."
"Kenapa?"
"Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat."
"Jika seorang umatku berpuasa?"
"Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka."
"Jika ia berhaji?"
"Aku seperti orang gila."
"Jika ia membaca Alquran?"
"Aku merasa meleleh laksana timah di atas api."
"Jika ia bersedekah?"
"Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji."
"Mengapa bisa begitu?"
"Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya."
"Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?"
"Suara kuda perang di jalan Allah."
"Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?"
"Taubat orang yang bertaubat."
"Apa yang dapat membakar hatimu?"
"Istighfar di waktu siang dan malam."
"Apa yang dapat mencoreng wajahmu?"
"Sedekah yang diam - diam."
"Apa yang dapat menusuk matamu?"
"Salat fajar"
"Apa yang dapat memukul kepalamu?"
"Saalat berjamaah."
"Apa yang paling mengganggumu?"
"Majelis para ulama."
"Bagaimana cara makanmu?"
"Dengan tangan kiri dan jariku."
"Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?"
"Di bawah kuku manusia."

Manusia yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya: "Siapa temanmu wahai Iblis?"
"Pemakan riba"
"Siapa sahabatmu?"
"Pezina"
"Siapa teman tidurmu?"
"Pemabuk"
"Siapa tamumu?"
"Pencuri"
"Siapa utusanmu?"
"Tukang sihir"
"Apa yang membuatmu gembira?"
"Bersumpah dengan cerai"
"Siapa kekasihmu?"
"Orang yang meninggalkan salat Jumaat"
"Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?"
"Orang yang meninggalkan salatnya dengan sengaja"

Iblis Tidak Berdaya di Hadapan Orang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda: "Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu."
Iblis segera menimpali: " tidak, tidak. Tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku.
Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang saleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas."

"Siapa orang yang ikhlas menurutmu?"
"Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku."

Iblis Dibantu oleh 70.000 anak - anaknya

Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan. Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak-anak muda, sebagian untuk menganggu orang-orang tua, sebagian untuk menggangu wanta-wanita tua, sebagian anak-anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada salat berjamaah. Tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu salat berjamaah.
Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.
Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia. Jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.
Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.

Syaithan juga berkata, "keluarkan tanganmu", lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya. Mereka, anak-anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.
Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.
Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.

Cara Iblis Menggoda

Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?
Akulah mahluk pertama yang berdusta.
Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.
Tahukah kau Muhammad?
Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar-benar menasihatinya. Sumpah dusta adalah kegemaranku. Ghibah (gosip) dan Namimah (adu domba) kesenanganku. Kesaksian palsu kegembiraanku. Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata-kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. Jadi semua anak-anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, Cerai.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur salat. Setiap ia hendak berdiri untuk salat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan salat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia salat. Namun aku bisikkan ke telinganya 'lihat kiri dan kananmu', ia pun menoleh. Pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan 'salatmu tidak sah'. Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam salatnya akan dipukul.

Jika ia salat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. Ia pun salat seperti ayam yang mematuk beras.

Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia salat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.
Kamu tahu bahwa melakukan itu batal salatnya dan wajahnya akan diubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam salat.
Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia. Dan ia pun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedangan aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan salat. Aku katakan padanya, "kamu tidak wajib salat, salat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. Orang sakit dan miskin tidak. Jika kehidupanmu telah berubah baru kau salat."
Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan salat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.
Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari Islam?"

10 Permintaan Iblis kepada Allah SWT

"Berapa yang kau pinta dari Tuhanmu?"
"10 macam"
"Apa saja?"
"Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman, "Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. Dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan." (QS Al-Isra :64)
Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba. Aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.

Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah. Maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal. Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku. Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku. Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku. Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.

Allah berfirman, "Orang - orang boros adalah saudara - saudara syaithan. " (QS Al-Isra : 27)

Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku. Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia. Allah menjawab, "silahkan", aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat. Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.
Iblis berkata: "Wahai Muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda."

Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun. Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah. Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.
Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.

Rasulullah SAW lalu membaca ayat: "mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT" (QS Hud :118 - 119). Juga membaca, " Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku" (QS Al-Ahzab: 38)

Iblis lalu berkata: " Wahai Rasul Allah takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk-mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. Aku si celaka yang terusir. Ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. Dan aku tak berbohong."

Diolah oleh Tim Rumah Zakat Indonesia
Senin, 14 September 2009 - 10:14 wib
(/) (mbs)


----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Jumat, Agustus 03, 2012

Tafsir al-Qur'an Surat 74. Al Muddatstsir:1-10 (of 56)

:: QS. 74. Al Muddatstsir:1-10 (of 56) ::
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ۞ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيمِ ۞
---------------------------------------------------

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ۞

(74:1) "Yaa ayyuhal muddats-tsir" (wahai orang yg berkemul), yakni Nabi Muhammad saw. yg menyelimuti dirinya dgn pakaian lalu tidur.

قُمْ فَأَنْذِرْ ۞

(74:2) "Qum fa andzir" (bangunlah, lalu berikanlah peringatan), yakni berikanlah ancaman kpd manusia dan serulah mereka kpd tauhid.

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ۞

(74:3) "Wa robbaka fa kabbir" (dan Robb-mu agungkanlah), yakni agungkanlah Dia dari apa yg dikatakan para penyembah berhala.

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ ۞

(74:4) "Wa tsiyaabaka fa thohhir" (dan pakaianmu bersihkanlah), yakni bersihkanlah hatimu dari melanggar janji/khianat, dan kecemasan. Maksudnya, jadilah orang yg berhati bersih. Menurut satu pendapat, yakni putihkanlah. Dan ada pula yg berpendapat, yakni dari segala kotoran.

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ ۞

(74:5) "War rujza fahjur" (dan perbuatan dosa, tinggalkanlah), yakni dan tinggalkanlah perbuatan dosa, jangan didekati.

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ ۞

(74:6) "Wa laa tamnun tastaktsir" (dan janganlah kamu memberi agar memperoleh lebih banyak), yakni janganlah kamu memberikan sesuatu yg tak seberapa di dunia seraya mengharapkan yg lebih baik dan lebih banyak. Menurut satu pendapat, dan janganlah kamu mengungkit2 amalmu yg dilakukan karena Alloh Ta'ala agar kamu memperoleh yg lebih banyak.

وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ ۞

(74:7) "Wa li robbika" (dan untuk [memenuhi Perintah] Rabb-mu), yakni dan dalam menjalankan ketaatan dan ibadah kpd Robb-mu. "Fashbir" (bersabarlah).

فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ ۞

(74:8) "Fa idzaa nuqiro fin naaquur" (maka apabila sangkakala ditiup), yaitu tiupan kebangkitan.
فَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ ۞

(74:9) "Fa dzaalika yauma-idzin" (maka hari itu), yakni hari kiamat itu. "Yaumun 'asiir" (adalah hari yg sulit), yakni hari yg sangat berat.

عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ ۞

(74:10) "'Alal kaafiriina" (bagi orang2 kafir), yakni hari kiamat untuk orang2 kafir. Dan azab pada hari itu "Ghoiru yasiir" (tidaklah mudah), yakni tidaklah gampang bagi mereka.

[Tafsir: Ibnu Abbas, AlKalam Software. Arabic: www.Mosquelife.com]
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------