Kamis, September 20, 2012

Quran Tafsir Ibn Abbas At Takwiir 81:11-25 (29 Ayat)

QS. At Takwiir 81:11-25 (of 29)
{Ta'awudz & Basmalah}

وَإِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ ۞
(81:11) "Wa idzas samaa-u kusyithot" (dan bila langit disingkapkan), yakni dicabut dari tempatnya dan digulung.

وَإِذَا الْجَحِيمُ سُعِّرَتْ ۞
(81:12) "Wa idzal jahiimu su'irot" (dan bila neraka Jahim dinyalakan), yakni dinyalakan untuk orang2 kafir.

وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ ۞
(81:13) "Wa idzal jannatu uzlifat" (dan bila surga didekatkan), yakni didekatkan kpd orang2 yg bertakwa.

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا أَحْضَرَتْ ۞
(81:14) "'Alimat nafsun" (tahulah orang), yakni ketika itu tahulah setiap orang, baik yg saleh maupun yg durhaka. "Maa ahdlarot" (akan apa2 yg telah diperbuatnya), yakni thdp kebaikan dan keburukan yg telah diperbuatnya.

فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ ۞
(81:15) "Fa laa uqsimu bil khunnaas" (maka sungguh Aku Bersumpah dgn bintang2), yakni bintang2 yg tersembunyi di siang hari dan tampak di malam hari.

الْجَوَارِ الْكُنَّسِ ۞
(81:16) "Al-jawaaril kunnaas" (yg beredar dan terbenam), yakni yg beredar di malam hari menuju galaksi dan terbenam di siang hari, kemudian kembali ke tempatnya dan terbenam. Yg dimaksud adalah bintang yg lima, yaitu: Zahroh, Zuhal, Murayyikh, Mustariyy, dan Uthorid.

وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ ۞
(81:17) "Wal laili idzaa 'as'as" (demi malam bila telah hampir meninggalkan gelapnya), yakni bila berlalu.

وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ ۞
(81:18) "Wash shubhi idzaa tanaffas" (dan {demi} subuh bila berangsur terang), yakni bila datang lalu menjadi terang. Alloh Ta'ala Bersumpah dgn semua itu.

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ۞
(81:19) "Innahuu" (sesungguhnya ia), yakni al-Quran. "La qoulu rosuuling kariim" (benar2 merupakan firman {yg diturunkan melalui} utusan yg mulia), yakni Allah Ta'ala Menurunkan Jibril a.s. untuk membawanya kpd rosul yg mulia dalam Pandangan Alloh Ta'ala, yaitu Nabi Muhammad saw..

ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ ۞
(81:20) "Dzii quwwatin" (yg mempunyai kekuatan), yakni Jibril a.s. mempunyai kekuatan untuk menghadapi musuh-musuhnya. " 'Inda dzil 'arsyi makiin" (di sisi Pemilik Arasy, dan juga kedudukan tinggi), yakni mempunyai kedudukan dan martabat yg tinggi di sisi Alloh Ta'ala.

مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ ۞
(81:21) "Muthoo'in" (yg dipatuhi), yakni Jibril a.s. itu dipatuhi. "Tsamma" (di sana), yakni di langit ia dipatuhi oleh para malaikat. "Amiin" (serta dipercaya) untuk menyampaikan risalah kpd para Nabi-Nya.

وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ ۞
(81:22) "Wa maa shoohibukum" (dan bukanlah sahabat kalian), yakni bukanlah nabi kalian, Muhammad, hai seluruh kaum Quroisy! "Bi majnuun" (seorang gila) yg tercekik sebagaimana kalian katakan.

وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ ۞
(81:23) "Wa laqod ro-aahu" (dan dia benar-benar telah melihatnya), yakni Nabi Muhammad saw. telah melihat Jibril a.s.. "Bil ufuqil mubiin" (di ufuk yg terang), yakni di tempat terbit matahari yg tinggi.

وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ ۞
(81:24) "Wa maa huwa" (dan dia), yakni Nabi Muhammad saw.. "'Alal ghoibi" (dalam menyampaikan hal2 yg gaib), yakni dalam menyampaikan wahyu. "Bi dloniin" (tidaklah pelit), yakni tidaklah mengada2. Menurut yg lain, tidaklah bakhil.

وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ ۞
(81:25) "Wa maa huwa" (dan bukanlah ia), yakni al-Quran. "Bi qouli syaithoonir rojiim" (merupakan perkataan setan yg terkutuk) karena Azab Alloh Ta'ala, dan bukan pula merupakan perintah dan larangan setan, hai kaum kafirin.

Insya-Alloh Bersambung...
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Senin, September 10, 2012

Tafsir Ibnu Abbas QS. At Takwiir 81:1-10 (29 Ayat)

Tafsir Ibnu Abbas QS. At Takwiir 81:1-10 (29 Ayat)

{Ta'awudz & Basmalah}

إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ ۞
(81:1) "Idzasy syamsu kuwwirot" (bila matahari digulung), seperti digulungnya sorban lalu dilemparkan ke dalam hijab cahaya. Ada yg berpendapat, (bila matahari digulung), yakni telah dijatuhkan. Menurut yg lain, bila cahayanya telah sirna.

وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ ۞
(81:2) " Wa idzan nujuumungkadarot (dan bila bintang-bintang berguguran), yakni berjatuhan menimpa permukaan bumi.

وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ ۞
(81:3) "Wa idzal jibaalu suyyirot" (dan bila gunung-gunung diluluhlantakkan), yakni dihilangkan dari permukaan bumi.

وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ ۞
(81:4) "Wa idzal 'isyaaru" (dan bila unta-unta bunting), yakni unta-unta betina yg bunting. "'Uth-thilat" (diabaikan), yakni diabaikan oleh pemiliknya karena sibuk mengurus diri mereka sendiri.

وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ ۞
(81:5) "Wa idzal wuhuusyu husyirot" (dan bila binatang2 liar dikumpulkan). Menurut satu pendapat, dikumpulkan oleh kematiannya.

وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ ۞
(81:6) "Wa idzal bihaaru sujjirot" (dan bila lautan dijadikan meluap), yakni dibukakan satu sama lain, hingga laut yg asin bercampur dgn laut yg tawar dan menjadi satu lautan. Menurut yg lain, dijadikan api.

وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ ۞
(81:7) "Wa idzan nufuusu zuwwijat" (dan bila roh-roh dipertemukan), yakni disatukan dgn pasangannya. Ada yg berpendapat, disatukan dgn pasangannya: yg Mukmin dgn bidadari2 bermata jelita, yg kafir dgn setan, yg saleh dgn yg saleh, dan yg durhaka dgn yg durhaka.

وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ ۞
(81:8) "Wa idzal mau-uudatu" (dan bila anak perempuan yg dikubur hidup2), yakni yg dibunuh dgn cara dikubur. "Su-ilat" (ditanya), yakni ia bertanya kpd bapaknya.

بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ ۞
(81:9) "Bi ayyi dzambing qutilat" (karena dosa apa ia dibunuh), yakni karena dosa apa engkau membunuhku? Menurut satu pendapat, dan bila si pengubur hidup2 itu ditanya, Karena dosa apa engkau membunuhnya.

وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ ۞
(81:10) "Wa idzash shuhufu" (dan bila lembaran-lembaran), yakni kitab yg berisi catatan segala kebaikan dan keburukan. "Nusyirot" (dibentangkan) untuk dihisab. Menurut yg lain, dibeberkan di atas telapak tangan.

Insya-Alloh Dilanjutkan...
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Mendoakan Keburukan Untuk Orang yang Menzalimi

Mendoakan Keburukan Untuk Orang yang Menzalimi

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Dizalimi dan dianiaya, pasti setiap orang tidak suka. Sehingga saat terzalimi ia akan berbuat apa saja agar terhindar dari kezaliman itu. Jika mampu, ia akan menghentikan kezaliman atas dirinya dengan tenaganya atau lisannya. Namun bagaimana jika ia tidak memiliki kemampuan?

Boleh jadi doa menjadi senjata terakhir baginya. Ia menghaturkan kepada penguasa alam semesta (Allah Subhanahu wa Ta'ala) atas kezaliman yang dialaminya dan meminta kebinasaat untuk orang yang terlah berbuat zalim kepadanya. Dan berdasarkan sabda Rasul-Nya, Allah akan mengabulkan doa orang yang terzalimi.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

"Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang puasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang dizalimi." (HR. Al-Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpesan kepada Mu'ad bin Jabal saat mengutusnya ke Yaman,

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

"Dan takutlah doa orang terzalimi, karena tidak ada hijab (penghalang) antara ia dengan Allah." (Muttafaq 'Alaih)

Status Mendoakan Keburukan Atas Orang Zalim

Pada dasarnya, dibolehkan bagi orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela dirinya salah satu bentuknya adalah dengan mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.

Allah Ta'ala berfirman,

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Nisa': 148)

Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini: "Allah tidak suka seseorang mendoakan keburukan untuk selainnya, kacuali ia dalam keadaan dizalimi. Allah memberikan keringanan baginya untuk mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.dan itu ditunjukkan oleh firman-Nya, "Kecuali oleh orang yang dianiaya." (namun), jika bersabar maka itu lebih baik baginya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat di atas)

Firman Allah yang lain,

وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ

"Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka." (QS. Al-Syuura: 41)

. . . dibolehkan bagi orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela dirinya salah satu bentuknya adalah dengan mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya. . .

Namun, apakah ini yang terbaik baginya? Tidak. Jika ia membalas kepada orang yang menzaliminya dengan doa keburukan, maka ia tidak mendapat apa-apa karena ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan (kepuasan).

Berbeda jika doanya dengan niatan agar orang-orang tidak lagi menderita akibat kejahatannya, maka ia mendapat pahala dengannya. Terlebih jika niatnya untuk menghilangkan kezaliman, menegakkan syariat Allah dan hukum-Nya, maka pahala yang didapatkannya lebih banyak.

Namun, jika ia bersabar, memaafkan, dan membalas keburukan dengan kebaikan maka ia mendapat pahala yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala,

 فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

"Maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (QS. Al-Syuura: 40)

Maksudnya: Allah tidak akan menyia-nyiakan sikapnya itu di sisi-Nya. Tetapi Allah akan memberikan pahala yang besar dan balasan baik yang setimpal. Disebutkan dalam hadits shahih, "Tidaklah Allah menambah kepada hamba melalui maaf yang ia berikan kecuali kemuliaan." (HR. Muslim)

Allah Ta'ala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.  Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS. Fushshilat: 34-35)

Maksud "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik," adalah: apabila ada orang yang berbuat buruk kepadamu baik dengan perkataan atau perbuatan, maka balaslah dengan kebaikan. Jika ia memutus hubungan denganmu, maka sambunglah. Jika ia menzalimimu maka maafkan ia. Jika membicarakan keburukanmu –baik di depan atau di belakangmu- maka jangan engkau balas, tapi maafkan ia dan bebicara kepadanya dengan lemah lembut. Jika ia mengucilkanmu dan tidak mau berbicara denganmu, maka berbicaralah yang baik dan mulailah berilah salam kepadanya.

Tidaklah taufiq Allah ini diberikan kecuali kepada orang-orang yang sabar atas keburukan yang ia dapatkan dan menyikapinya dengan sesuatu yang Allah cinta. Karena sifat dasar manusia –inginnya- membalas keburukan dengan keburukan agar terpuasaan. Ia tidak mau memberikan maaf. Tapi sifat dalam ayat ini sangat istimewa, bukan hanya maaf yang ia berikan, tapi membalas keburukan dengan memberikan kebajikan. Ia sadar bahwa membalas keburukan dengan keburukan tidaklah mendatangkan kebaikan untuk dirinya, khususnya di akhirat. Sementara jika ia berbuat baik kepadanya, kebaikannya itu akan tetap dicatat kebaikan.

Bersikap seperti di atas tidaklah akan merendahkan martabatnya, tetapi sebaliknya, Allah akan meninggikannya dengan akhlak mulia tersebut. Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan akhirat karena mulianya akhlak yang ia tampilkan. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Source: http://m.voa-islam.com/news/tsaqofah/2012/09/06/20493/mendoakan-keburukan-untuk-orang-yang-menzalimi/
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------