Senin, November 19, 2012

Tafsir Quran Surah Al-Fajr 89:1-16 (of 30)

QS. Al-Fajr 89:1-16 (of 30)
{Ta'awudz & Basmalah}

وَالْفَجْرِ ۞
(89:1) "Wal fajr" (demi fajar), yakni Allah Ta'ala Bersumpah dgn fajar, yaitu waktu subuh pd suatu hari. Menurut satu pendapat, yg dimaksud adalah seluruh waktu siang. Dan ada pula yg berpendapat bahwa yg dimaksud dgn fajar adalah permulaan tahun.

وَلَيَالٍ عَشْرٍ ۞
(89:2) "Wa layaalin 'asyr" (dan [demi] malam yg sepuluh), yakni dari awal bulan Dzulhijjah.

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ۞
(89:3) "Wasy syaf'I" (dan [demi] yg genap), yakni hari 'Arafah dan hari Nahar. "Wal watr" (serta yg ganjil), yakni tiga hari sesudah hari Nahar. Menurut satu pendapat, asy-syaf'i (yg genap) adalah tiap2 shalat yg dilakukan dua atau empat rakaat, spt shalat Subuh, Zuhur, Asar, dan 'Isya. Sedangkan 'wal watr' (serta yg ganjil) adalah tiap2 shalat yg dilakukan tiga rakaat, seperti shalat Magrib dan shalat Witir. Menurut pendapat yg lain, asy-syaf'i . (yg genap) adalah langit dan bumi, dunia dan akhirat, surga dan neraka, Arasy dan Kursi, serta matahari dan bulan. Semua itu termasuk yg genap. Sementara 'wal watr' (serta yg ganjil) adalah sesuatu yg tunggal. Dan ada pula yg berpendapat, asy-syaf'i (yg genap) adalah laki2 dan perempuan, orang kafir dan orang Mukmin, orang Mukhlis dan orang munafik, serta orang saleh dan orang durhaka. Sementara 'wal watr' (serta yg ganjil) adalah Allah Ta'ala.


وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ ۞

(89:4) "Wal laili idzaa yasr" (dan [demi] malam apabila berlalu), yakni apabila beranjak. Yang dimaksud adalah malam Muzdalifah. Menurut yg lain, dan (demi) malam apabila orang2 datang dan pergi. Allah Ta'ala Bersumpah dgn semua itu. "Inna robbaka" (sesungguhnya Rabb-mu), hai Muhammad, "la bil mir shood" (benar-benar mengawasi). Adalah Allah Ta'ala yg Menjelaskan jalan yg mesti ditempuh para hamba, dan Dia pula yg Memberikan balasan kepada para hamba.

هَلْ فِي ذَٰلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ ۞
(89:5) "Hal fii dzaalika" (bukankah pada yg demikian itu), yakni pada hal2 yg telah Kuterangkan itu. "Qosamul li dzii hijr" (terdapat sumpah bagi setiap yg berakal).

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ ۞
(89:6) "A lam taroo" (tidakkah kamu merenungkan), yakni tidakkah kamu diberitahu, hai Muhammad, dalam al-Quran. "Kaifa fa'ala robbuka" (bagaimana Rabb-mu telah Bertindak), yakni Rabb-mu telah Berbuat. "Bi 'aad" (terhadap kaum 'Ad), yakni kaum Nabi Hud. Bagaimana Allah Ta'ala Membinasakan mereka ketika mereka mendustakan (Risalah-Nya).


إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ ۞
(89:7) "'Irama" (yaitu kaum Iram). Iram adalah Sam bin Nuh. Putra Sam adalah Syim, putra Syim adalah Ham, dan putra Ham adalah 'Ad. "Dzaatil 'imaad" (yg memiliki tiang2), yakni yg memiliki tiang2 terpancang. Menurut satu pendapat, yg memiliki kekuatan.

الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ ۞
(89:8) "Allatii lam yukhlaq mitsluhaa fil bilaad" (yg belum pernah diciptakan bandingannya di negeri2 lain), yakni dalam hal kekuatan dan ketinggiannya. Ada yg mengatakan, Iram adalah nama sebuah kota yg dibangun oleh Syadid dan Syaddad; "dzaatil 'imaad" (yg memiliki tiang2), yakni tiang2 yg terbuat dari emas dan perak; "allatii lam yukhlaq mitsluhaa fil bilaad" (yg belum pernah diciptakan bandingannya di negeri2 lain), yakni dalam hal keindahan dan keelokannya.

وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ ۞
(89:9) "Wa tsamuuda" (dan kaum Tsamud), yakni bagaimana Allah Ta'ala Membinasakan kaum Tsamud (kaum Nabi Shalih). "Alladziina jaabus shakhro bil waad" (yg membelah batu2 besar di lembah), yakni yg mengebor (melubangi) batu2 besar yg ada di lembah2 kota.

وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ ۞
(89:10) "Wa fir'auna" (serta Fir'aun), yakni bagaimana Allah Ta'ala Membinasakan Fir'aun. "Dzil autaad" (yg mempunyai pasak2). Penyebutan 'dzil autaad', disebabkan keberadaan empat pasak yg dibuat oleh Fir'aun. Apabila Fir'aun murka kpd seseorang, maka ia suka membentangkan orang tsb di antara pasak2 itu serta menyiksanya sampai mati. Hal ini pun dilakukan pula oleh Fir'aun thd istrinya, Asiyah binti Muzahim. [Mereka tsb telah melakukan kemaksiatan dan kekafiran di bumi Mesir dan kedurhakaan mrk telah menyebabkan mrk mendapat Azab Allah Ta'ala]


۞ الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ ۞
(89:11) "Alladziina thaghau fil bilaad" (yang telah berlaku sewenang2 di negeri2 itu), yakni mereka telah melakukan kemaksiatan dan kekafiran di bumi Mesir. Ada yg berpendapat, kedurhakaan mrk telah menyebabkan mrk mendapat Azab Allah Ta'ala. [Contohnya: Kaum Iram, Tsamud, dan Fir'aun]

۞ فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ ۞
(89:12) "Fa aktsaruu fiihaa" (maka di sana mereka banyak membuat), yakni di bumi Mesir. "Al-fasaad" (kerusakan), yaitu pembunuhan dan penyembahan thd berhala2.

۞ فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ ۞
(89:13) "Fa shobba" (karena itu, Rabb-mu Menimpakan), yakni Menurunkan. " 'Alaihim robbuka sautho 'adzaab" (cambuk azab kpd mereka), yakni azab yg sangat berat.
 

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ ۞
(89:14) "Inna robbaka" (sesungguhnya Robb-mu), hai Muhammad! "La bil mirshood" (benar2 mengawasi), yakni mengawasi tempat lalu-lalang mrk dan semua makhluk. Menurut satu pendapat, sesungguhnya Malaikat2 Rabb-mu akan menahan para hamba di atas Shirooth pada tujuh tempat. Malaikat2 itu akan menanyai para hamba dgn tujuh pertanyaan.

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ۞
(89:15) "Fa ammal insaanu" (adapun manusia), yakni manusia yg kafir, yaitu Ubay bin Khalaf. Ada yg mengatakan, Umayyah bin Khalaf. "Idzaa mabtalaahu" (apabila diuji), yakni apabila diberi cobaan. "Robbuhuu" (oleh Rabb-nya) dgn kekayaan, kecukupan, dan penghidupan. "Fa akromahuu" (lalu Dia Memuliakannya), yakni Dia Memperbanyak hartanya. "Wa na''amahuu" (dan Memberinya kesenangan), yakni Melapangkan penghidupannya. "Fa yaquulu robbii akroman" (maka ia akan berkata, Rabb-ku telah Memuliakan daku) dgn harta dan penghidupan.

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ ۞
(89:16) "Wa ammaa idzaa mabtalaahu" (namun, apabila ia Diuji oleh Rabb-nya), yakni apabila ia Diberi cobaan oleh Rabb-nya dgn kefakiran. "Fa qodaro 'alaihi" (lalu Dia Menyempitkan untuknya), yakni Menyedikitkan untuknya. "Rizqahuu" (rezekinya), yakni penghidupannya. "Fa yaquulu robbii ahaanan" (maka ia akan berkata, Rabb-ku telah Menghinakan daku) dgn kefakiran dan penghidupan yang sempit.

----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Sabtu, November 17, 2012

Hikmah Hijrah

FB "KATA-KATA HIKMAH" wrote:

RAHASIA HIJRAH

Hijrah adalah keniscayaan. Allah swt. membangun sistem di alam ini berdasarkan gerak. Planit bergerak, berjalan pada porosnya. Allah berfirman: "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS. Yasin: 38). Imam Syafii'i menggambarkan dalam sya'irnya yang sangat indah bahwa air yang tergenang akan busuk dan air yang mengalir akan bening dan jernih. Seandainya matahari berhenti di ufuk timur terus menerus, niscaya manusia akan bosan dan stres.

Benar, hijrah sebuah keniscayaan. Karena dalam diam tersimpan segala macam keburukan. Mobil yang didiamkan berhari-hari akan karat dan hancur. Jasad yang didudukkan terus menerus akan mengidap banyak penyakit. Itulah rahasia mengapa harus olah raga. Syaikh Muhammad Al Ghazali berkata: "Bahwa orang-orang yang nganggur adalah manusia yang mati. Ibarat pohonan yang tanpa buah para penganggur itu adalah manusia-manusia yang wujudnya menghabiskan keberkahan."

Terbukanya kota Mekah adalah keberkahan hijrah. Seandainya Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya tetap berdiam di kota Mekah, tidak pernah terbayang akan lahir sebuah kekuatan besar yang kemudian menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Sungguh berkat hijrah ke kota Madinah kekuatan baru umat Islam terbangun, yang darinya kepemimpinan Islam merambah jauh, tidak hanya melampaui kota Mekah, pun tidak hanya melampaui Jazirah Arabia, melainkan lebih dari itu melampaui Persia dan Romawi.

Ada beberapa dimensi hijrah yang harus kita wujudkan dalam hidup kita sehari-hari di era modern ini, agar kita medapatkan keberkahan:

>>Pertama, dimensi personal, bahwa setiap mukmin harus selalu lebih baik kwalitas keimannya dari hari kemarin. Karenanya dalam Al-Qur'an Allah swt. selalu menggunakan kata ahsanu amala (paling baiknya amal). Maksudnya bahwa tidak pantas seorang mukmin masuk di lubang yang sama dua kali. Itulah sebabnya mengapa sepertiga Al-Qur'an menggambarkan peristiwa sejarah. Itu untuk menekankan betapa pentingnya belajar dari sejarah dalam membangun ketaqwaan. Dari sini kita paham mengapa Allah swt. dalam surah Al Hasyr:18 menyandingkan perintah bertaqwa dengan perintah belajar dari sejarah:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

>>Kedua, dimensi sosial, bahwa seorang mukmin tidak pantas berbuat dzalim, mengambil penghasilan secara haram dan hidup bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Seorang mukmin harus segera hijrah dari situasi sosial semacam ini. Seorang mukmin harus segera membangun budaya takaful –saling menanggung-. Itulah rahasia disyari'atkannya zakat. Bahwa di dalam harta yang kita punya ada hak orang lain yang harus dipenuhi. Allah berfirman :
"Walladziina fii amwaalihim haqqun ma'luum (dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu.") (QS. Al Maarij: 24).

Dan ini telah terbukti dalam sejarah bahwa membangun budaya takaful akan menyelesaikan banyak penyakit sosial yang akhir-akhir ini sangat mencekam. Terlalu tingginya angka kemiskinan dan penganggguran di tengah negeri yang kaya secara sumber alam, sungguh suatu pemandangan yang naif. Namun ini tentu ada sebabnya, di antaranya yang paling pokok adalah karena kedzaliman dan ketidak jujuran. Dari sini jelas bahwa hijrah yang harus dibuktikan saat ini adalah komitmen untuk tidak lagi mengulangi budaya korupsi. Sebab dari budaya inilah berbagai penyakit sosial lainnya tak terhindarkan.

>>Ketiga, dimensi dakwah, bahwa seorang mukmin tidak boleh berhenti pada titik sekedar mengaku sebagai seorang mukmin secara ritual saja, melainkan harus dibuktikan dengan mengajak orang lain kepada kebaikan. Ingat bahwa syetan siang dan malam selalu bekerja keras mengajak orang lain ke neraka. Syetan berkomitmen untuk tidak masuk neraka sendirian.

Dari sini saatnya seorang mukmin harus bersaing dengan syetan. Ia harus hijrah dari sikap pasif kepada sikap produktif. Produktif dalam arti bekerja keras mengajak orang lain ke jalan Allah. Sebab tidak pantas seorang mukmin bersikap pasif. Pasifnya seorang mukmin bukan saja akan membawa banyak bakteri pelemah iman, melainkan juga membawa bencana bagi kemanusiaan.

Itulah sebabnya mengapa seorang pemikir muslim abad ini dari India Syaikh Abul Hasan Ali An-Nadwi menulis sebuah buku yang sangat terkenal dan menomental: maadzaa khasiral aalam bin khithaathil muslimiin ( betapa dahsyatnya kerugian yang dialami dunia ketika umat Islam tidak berdaya).

Ini benar, bahwa dunia ini memang membutuhkan umat Islam yang berdaya. Umat Islam yang produktif. Bukan umat Islam yang pasif. Dan kini kita menyaksikan dengan mata kepada betapa kerusakan merejalela melanda kemanusiaan akibat dari lemahnya umat Islam. Bandingkan dengan dulu ketika Umar Bin Khaththab dan Umar bin Abdul Aziz memimpin dunia. Inilah hijrah yang harus segara kita buktikan. Wallhu a'lam bishshawab.
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------