Selasa, Juli 31, 2012

Al-Quran Tafsir Al-Azhar al-Muzammil (20 Ayat) Bagian-1

Al-Quran Tafsir Al-Azhar al-Muzammil (20 Ayat)

Bagian-1

Surat ini bernama al-Muzammil, yg berarti orang yg berselimut. Yang dimaksudkan ialah Nabi Muhammad s.a.w. sendiri. Surat yg ke-73 dalam susunan Mushhaf Usmani, terdiri dari 20 ayat. "Al-Muzzammil" sbg nama dari surat, ditemukan pada ayat yg pertama.

Ada beberapa riwayat yang menyebabkan kenapa disebut yang berselimut. Riwayat yang umum ialah Surat ini turun sesudah Nabi Muhammad s.a.w turun dari gua Hira', menerima ayat-ayat al-Quran yang pertama kali turun, yaitu lima ayat dari Surat al-Alaq "Iqra' bismi rabbikal ladzi khalaq" dan seterusnya, beliau pun pulang ke rumahnya mendapati isterinya Siti Khadiah. Beliau berkata; "Zammiluuni, Zammiluuni", selimutilah aku, selimutilah aku. Karena beliau merasa kedinginan setelah beliau dipeluk keras oleh Jibril, sebagai pengalaman pertama beliau menerima wahyu.

Satu riwayat lagi mengatakan bahwa arti berselimut disini bukanlah benar-benar berselimut kain karena kedinginan. Melainkan tanggungjawab nubuwwat dan risalat yang diberikan Allah kepada beliau, saking beratnya, seakan-akan membuat badan jadi "panas-dingin", yaitu suatu perintah dari Allah yang wajib dia sampaikan kepada manusia terutama terlebih dahulu kepada kaumnya yang terdekat yang masih sangat kuat mempertahankan jahiliyah dan kemusyrikan. Dari semula beliau telah merasakan bahwa pekerjaan itu tidaklah mudah. Lantaran itu maka dia dipanggil Allah dengan "Muzzammil", yang boleh diartikan orang yang diselimuti seluruh dirinya oleh tugas yang berat.

Yang ketiga ialah bahwa ayat ini turun di malam hari, sedang Nabi s.a.w. enak tidur dan berselimut. Maka datang perintah menyuruh berdiri mengerjakan sembahyang malam. Untuk sembahyang malam itu selimut hendaklah disingkirkan, segera bangun, ambil wudhu' dan sembahyang. Ini pun dapat dipertalikan dengan ayat 79 daripada Surat 17, al-Isra';

"Dan pada sebahagian dari malam berbangkitlah bangun sebagai tambahan." Tahajjud ialah bangun menyentak, melepaskan selimut.

Dari ketiga keterangan itu, yg satu menguatkan yg lain dan semuanya dapat diterima, jelaslah termaktub salah satu gelar kehormatan Nabi Muhammad s.a.w. yaitu; "al-Muzzammil", di samping gelar-gelar kehormatan beliau yg lain.

Selain dari mengerjakan sembahyang malam itu, baik dua pertiga malam, atau separuh malam ataupun sepertiga malam, dan itu terserah kepada kekuatan mengerjakannya, hendaklah pula al-Quran yang telah diturunkan kepada engkau itu, selalu engkau baca dengan perlahan-lahan. Jangan dibaca dengan tergesa-gesa. Biar sedikit terbaca, asal isi kata-kata al-Quran itu masuk benar ke dalam hatimu dan engkau fahamkan dengan mendalam.

Menurut sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Anas bin Malik, ada ditanyakan kepada Anas bagaimana cara Nabi s.a.w. membaca al-Quran. Lalu Anas memberikan keterangan bahwa Nabi bila membaca al-Quran ialah dengan suara tenang panjang, tidak tergesa terburu. Anas membuat misal kalau Nabi membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Bismillah beliau baca dengan panjang, Arrahman dengan panjang dan Arrahim dengan panjang pula. Dan menurut riwayat Ibnu Juraij yang diterima dari Ummi Salamah, isteri Rasulllah, kalau beliau membaca surah al-Fatihah, tiap-tiap ayat yang beliau baca seayat demi seayat dengan terpisah. Bismillahir-Rahmanir-Rahim. Beliau berhenti lalu beliau baca Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, demikian pula seterusnya. Sebab itu tidaklah beliau membacanya dengan tergesa-gesa bersambung-sambung tiada perhentian (washal).

Itulah contoh teladan daripada Nabi s.a.w. sendiri di dalam hal membaca al-Quran. Malahan beliau anjurkan supaya dilagukan membacanya. Bahkan beliau suruh baca dengan perasaan sedih, seakan-akan hendak menangis, supaya dia lebih masuk ke dalam jiwa. Abu Musa al-Asy'ari ketika beliau dengan bagus bacaan Qurannya, beliau puji dan beliau katakan; "Suaramu laksana bacaan Mazmur Nabi Daud." Karena Nabi Daud terkenal keindahan suara beliau ketika munajat kepada Allah dengan Mazmurnya yang terkenal.

Abdullah bin Mas'ud, sahabat Rasulullah s.a.w. memberi ingat kalau membaca al-Quran jangan tergesa-gesa, jangan terburu-buru, bahkan bacalah dengan perlahan, jangan sebagai mendendangkan syair. Kalau bertemu dengan keajaibannya berhentilah sejenak merenungkannya, dan gerakan hati untuk memperhatikannya.

Oleh sebab itu bertalilah rupanya di antara kedua ibadat ini, yaitu sembahyang malam dengan membaca al-Quran dengan tartil. Dan itu pun lebih dianjurkan lagi oleh Nabi jika bulan Ramadhan; di samping mengerjakan shalatul lail (sembahyang malam, tarawih) dianjurkan pula membaca al-Quran dengan tartil, supaya jiwa lebih kuat dan hati bertambah dekat kepada Tuhan, sehingga apa yang kita mohonkan kepada Tuhan akan mudah dikabulkan.

Apakah sebab dan apa gunanya ibadat sembahyang malam dan tartil al-Quran?
Jawabnya ialah ayat yang selanjutnya;

"Sesungguhnya Kami hendak menurunkan kepada engkau perkataan yang berat." (ayat 5). Wahyu sungguh-sungguh adalah perkataan yang berat. Berat bagi rohani dan berat bagi jasmani. Kedatangan malaikat Jibril membawa wahyu itu bukanlah perkara yang enteng; bahkan memang berat.

Menurut satu Hadis yang dirawikan oleh Imam Ahmad, Abdullah bin Amer pernah bertanya kepada Nabi bagaimana permulaan datangnya wahyu kepada beliau. Beliau jawab; "Mula-mula saya dengar sebagai bunyi loceng, di waktu itu aku terdiam. Tiap-tiap wahyu turun, rasanya sebagai akan matilah aku."

Harits bin Hisyam pun pernah menanyakan kepada beliau tentang turunnya wahyu. Beliau menjawab seperti itu juga; yaitu terdengar mulanya sebagai bunyi loceng, aku pun terpana ketika mendengar itu; setelah itu mengertilah aku semua apa yang dikatakan malaikat itu. Kadang-kadang malaikat itu sendiri berkata kepadaku, lalu aku faham apa yang dikatakannya itu.

Aisyah mengatakan bahwa dia pernah melihat ketika suatu hari Rasulullah menerima wahyu, ketika itu hari sangat dingin. Namun keringat mengalir di dahi Rasulullah s.a.w.

Hisyam bin 'Urwah bin Zubair meriwayatkan bahwa kalau wahyu datang sedang Nabi berkenderaan, maka unta yang beliau kenderai itu tidak sanggup melangkahkan kakinya. Zaid bin Tsabit berceritera bahwa satu kali wahyu turun kepada Rasulullah, sedang kaki beliau ketika duduk bersila terletak di atas kaki Zaid. Kata Zaid di waktu itu dia merasakan sangat berat, sehingga dia tidak sanggup menggerakkan kakinya.

Ibnu Jarir dalam tafsirnya mengatakan, bahwa wahyu itu berat dari dua pihak; Berat bagi badan, sebab malaikat sedang datang. Dan berat bagi jiwa, karena berat tanggungjawabnya.

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata; "Berat wahyu itu di alam dunia ini dan berat pula di akhirat kelak pada timbangannya."

"Sesungguhnya bangun malam itu adalah lebih mantap." (pangkal ayat 6). Karena di waktu malam gangguan sangat berkurang. Malam adalah hening, keheningan malam berpengaruh pula kepada keheningan fikiran. Di dalam suatu Hadis Qudsi Tuhan bersabda, bahwa pada sepertiga malam Tuhan turun ke langit dunia buat mendengarkan keluhan hambaNya yang mengeluh, buat menerima taubat orang yang taubat dan permohonan maghfirat (ampunan) hambaNya yang memohonkan ampun.

Maksudnya ialah bahwa hubungan kita dengan langit pada waktu malam adalah sangat dekat. Orang ahli Ilmu Alam menyebut bahwa udara ini dipenuhi oleh ether, maka ether di waktu malam itu memperdekat hubungan. Memperdekat hati;

"Dan bacaan lebih berkesan." (ujung ayat 6). Baik bacaan sedang sembahyang ataupun membaca al-Quran dengan perlahan-lahan di malam hari, dengan tidak mengganggu orang lain yang sedang tidur.

"Sesungguhnya bagi engkau pada siang hari adalah urusan-urusan yang panjang." (ayat 7). Memang urusan pada siang hari selalu sibuk. Tiap-tiap manusia ada saja urusannya. Dalam ayat yang lain, sebagaimana tersebut kelak dalam Surat 78, an-Naba', ayat 11: "Dan Kami jadikan siang hari itu untuk penghidupan."

Bercucuk tanam, menggembala, menjadi nelayan, berniaga, berperang, berusaha yang lain, dalam segala bentuk kehidupan. Dan Tuhan pula yang menyuruh tiap-tiap orang berusaha di muka bumi di siang hari mencari rezeki yang halal. Maka waktu malam adalah waktu yang tenang dan lapang.

"Dan sebutlah nama Tuhan engkau." (pangkal ayat 8). Wadzkur, artinya ialah sebut dan ingat. Diingat dalam hati lalu dibaca dengan lidah, setali lafaz dengan makna, sesuai yang lahir dengan yang batin. 99 nama Allah, yang bernama "al-Asmaul-Husnaa", yang berarti nama-nama yang indah. Sebutlah nama itu semuanya dengan mengingat artinya! Atau segala zikir yang telah tertentu. Puncak zikir ialah Tahlil (La Ilaha Illallah), Tahmid (Alhamdulillah), Tasbih (Subhanallah), Istighfar (Astaghfirullah), Hauqalah (La haula walaa quwwata illa billah), Takbir (Allahuakbar), dan sebagainya;

"Dan tunduklah kepadanya sebenar-benar tunduk." (ujung ayat 8). Lakukan muraqabah, yang berarti mengintai waktu yang baik atau peluang untuk mengontakkan diri dengan Dia. Atau Mujasabah yaitu memperhitungkan kebebalan dan kelalaian diri di samping nikmat yang bengini besar dianugerahkan Allah.

Siapa yang wajib engkau sembah dan engkau tunduk kepadanya itu?

Ialah "Tuhan masyriq dan maghrib." (pangkal ayat 9). Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan perjalanan matahari dari sebelah Timur ke sebelah Barat, teratur jalannya, tidak pernah berkisar tempatnya, masa demi masa; "Tiada Tuhan melainkan Dia." Ke sanalah hidup ini ditujukan, daripadanyalah diambil kekuatan;

"Maka ambillah Dia jadi pelindung." (ujung ayat 9). Dengan cara yang demikianlah jasmani dan rohani engkau akan dapat kuat dan teguh melakukan tugas. Karena engkau tidak pernah jauh dari Tuhan.

"Dan bersabarlah engkau atas apa yang mereka katakan itu." (pangkal ayat 10). Macam-macamlah kata-kata yang dilontarkan oleh kaum musyrikin itu terhadap Nabi s.a.w. untuk melepaskan rasa dendam dan benci. Dituduh gila, dituduh tukang sihir, dituduh tukang tenung dan sebagainya. Maka disuruh Tuhanlah Nabi bersabar, jangan naik darah, hendaklah berkepala dingin mendengarkan kata-kata demikian. Karena jika kesabaran hilang, pedoman jalan yang akan ditempuh atau rencana yang tengah diperbuat akan gagal semua tersebab hilang kesabaran. Sabar adalah satu syarat mutlak bagi seorang Nabi atau seorang pemimpin yang ingin berhasil dalam perjuangannya.

"Dan hijrahlah dari mereka dengan hijrah yang indah." (ujung ayat 10). Hijrah yang dimaksud di sini belumlah hijrah negeri, khususnya belum hijrah ke Madinah. Hijrah di sini ialah dengan menjauhi mereka, jangan dirapatkan pergaulan dengan mereka. Jika mereka memaki-maki atau mencela, berkata yang tidak bertanggungjawab, sambutlah dengan sabar dan jangan dibalas dengan sikap kasar pula. Hijrah yang indah ialah membalas sikap mereka yang kasar itu dengan budi yang luhur, dengan akhlak yang tinggi. Tentang keluhuran budi itu telah ada pengakuan Allah atas RasulNya pada ayat 4 dari Surat 68, al-Qalam yang telah kita uraikan terlebih dahulu. Lantaran itu bagaimanapun sakitnya telinga mendengarkan caci-maki mereka, janganlah Nabi menghadapi mereka, jauhi saja mereka;

"Dan biarlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu." (pangkal ayat 11). Janganlah engkau menuntut balas sendiri terhadap kekasaran sikap orang-orang yag mendustakan itu. Teruskan saja melakukan da'wah yang ditugaskan Tuhan ke atas pundakmu. Tentang menghadapi orang-orang seperti itu dan menentukan hukumnya, serahkan sajalah kepada Allah;

"Yang mempunyai kemewahan." Biasanya mereka berani mendustakan Rasul Allah mentang-mentang mereka kaya, mentang-mentang mereka hidup mewah penuh nimat, sehingga mereka tidak mau mengingat bahwa nikmat yang mereka gelimangi itu mereka terima dari Allah;

"Dan berilah mereka tangguh sejenak." (ujung ayat 11). Artinya biarkanlah mereka bersenang-senang, bermewah-mewah sebentar waktu. Akan berapalah lamanya dunia ini akan mereka pakai. Kemewahan itu tidak akan lama. Ada-ada saja jalannya bagi Tuhan untuk mencabut kembali nikmat itu kelak. Karena Tuhan itu Maha Kuasa memutar-balikkan sesuatu.

Sejauh-jauh perjalan hidup, akhirnya akan mati. Segagah-gagah badan waktu muda, kalau umur panjang tentu akan tua. Sesihat-sihat badan, satu waktu akan sakit. Atau harta itu sendiri licin tandas, sebagai mana tandasnya kebun yang terbakar karena yang empunyanya bakhil semua, sebagai dijelaskan Tuhan dalam Surat 68 al-Qalam juga.

"Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat." (pangkal ayat 12). Yang akan dibelenggukan kepada kaki, tangan dan leher mereka kelak, karena kekafiran yang tidak mau menerima Kebenaran itu;

"Dan neraka yang bernyala-nyala." (ujung ayat 12). Ke dalam neraka yang bernyala-nyala itulah mereka akan dihalaukan di kemudian hari sebagai makhluk yang hina karena penuh dengan kesalahan.

"Dan makanan yang mempunyai sekangan." (pangkal ayat 13). Ada semacam makanan dalam neraka yang bernyala-nyalal itu nanti bila dimakan dia akan tersekang di kerongkongan; masuk kedalam perut tidak mau, dikeluarkan kembali pun tidak mau;

"Dan azab yang pedih." (ujung ayat 13). Artinya ada lagi beberapa siksaan lain yang akan mereka derita. Pada waktu itu, azab siksaan yang mereka terima adalah sepadan dengan kesombongan dan besar kepala mereka di kala kedatangan Nabi.

"Pada hari, yang akan bergoncang bumi dan gunung-gunung." (pangkal ayat 14). Karena kiamat ketika itu telah datang;

"Dan jadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang berterbangan." (ujung ayat 14). Meskipun pemuka-pemuka Quraisy yang kena ancaman itu belum mendapati ketika bumi dan gunung-gunung akan bergoncang karena kiamat, namun nasib mereka yang menantang Nabi tidak jugalah baik. Mana yang tidak tunduk menemui kematian yang sengasara disertai malu keluarga yang tinggal karena kekalahan di Perang Badar.

Dan ancaman bahwa kiamat akan datang adalah hal yang diyakini, sebab alam ini tidaklah kekal. Kemudian itu datanglah peringatan Allah untuk mendekatkan soal ini ke dalam hati orang-orang yang kafir itu;

"Sesungguhnya telah Kami utus kepada kamu seorang Rosul." (pangkal ayat 15). Peringatan kpd kaum Quraisy itu, bahwa yg datang kpd mereka ini adalah Utusan Tuhan, Muhammad, dibangkitkan dalam kaum keluarga mereka sendiri, bukan orang lain yg datang dari negeri lain;

"Yang akan jadi saksi terhadap kamu." Artinya bahwa Rosul itu akan menjadi saksi di hadapan Tuhan siapa di antara kamu yg taat, patuh dan percaya akan panggilan Rosul itu dan siapa pula yg kafir, tidak mau percaya.

Berlanjut ke Bagian-2...
----------------------------------------------------------
Sent by Tjandra Kurniawan
YM: tjandrakurniawan@yahoo.com
----------------------------------------------------------

Tidak ada komentar: